Dimas Kanjeng dan Padepokan yang Digerebek Ribuan Polisi

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Selasa, 27 Sep 2016 18:20 WIB
Kasus berawal saat jenazah mantan santri di padepokan bernama Ismail ditemukan di Situbondo, dengan tanda-tanda penganiayaan.
Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur, digerebek. (Detikcom/M Rofiq)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan anggota kepolisian bersenjata lengkap berpakaian hitam-hitam berhamburan dari kendaraan taktis, memasuki padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur, Kamis pekan lalu (22/9).

Mereka memburu sang pemimpin padepokan, Dimas Kanjeng, yang diduga terkait kasus pembunuhan. Kepolisian menyebut, Dimas yang sudah berstatus tersangka telah dua kali mangkir sehingga terpaksa dilakukan tindakan paksa berupa penggerebekan.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, kasus pembunuhan yang diduga melibatkan Dimas terjadi pada April 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus berawal saat jenazah yang belakangan diketahui bernama Ismail ditemukan di Situbondo, dengan tanda-tanda penganiayaan. Dia adalah mantan santri di padepokan tersebut.

Setelah diselidiki oleh Kepolisian Resor Probolinggo, dibantu Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur, diketahui keterlibatan para santri padepokan tersebut.

"Waktu itu berhasil ditemukan alat bukti dan penindakan terhadap mereka yang terlibat. Itu tahun 2015, sudah setahun dan berhasil ditangkap enam orang yang merupakan anak didik Taat Pribadi," kata Boy di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (27/9).

Pada April 2016, kembali ditemukan jenazah mantan santri yang bernama Abdul Gani di Wonogiri, Jawa Tengah. Lalu dugaan pembunuhan kembali menyasar kepada rekan-rekan santrinya di padepokan.

Empat orang ditangkap dan saat ini penyidikan sudah dinyatakan rampung. "Mereka sudah tersangka dan bahkan sudah dilakukan penyerahan ke jaksa penuntut umum," kata Boy.

Karena dua kasus pembunuhan yang diduga melibatkan santri-santri di padepokan tersebut, muncul dugaan keterlibatan Dimas Kanjeng yang menjadi pimpinannya. Setelah dilakukan penyelidikan, dia ditetapkan sebagai tersangka, dengan total menjadi 10 orang.

Meski proses hukum berjalan dan alat-alat bukti ditemukan, penggerebekan dengan ribuan anggota polisi ini menuai protes.

"Dituduh melakukan pembunuhan, tapi penangkapannya terlalu dramatis," kata Ketua Yayasan Padepokan, Marwah Daud Ibrahim yang mendatangi Mabes Polri untuk menyampaikan keberatan.

Marwan dan kawan-kawan menyampaikan protes kepada Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian dan melapor ke Divisi Profesi dan Pengamanan Polri. Dia keberatan digeruduk ribuan polisi, meski Dimas memang mangkir dari panggilan.

"Surat (panggilan) yang dikirim masih saksi. Propam kita harapkan (telusuri) pelanggaran di sana," ujarnya.

Namun Boy mengatakan, semua tindakan polisi sudah diperhitungkan dengan matang. Jumlah personel yang diterjunkan dalam sebuah operasi dihitung berdasarkan informasi intelijen.

"Bisa saja, ini kan yang ditangkap tokoh padepokan. Maka perlu ada kekuatan pengamanan, jika terjadi resistensi perlawanan ketika dilakukan penangkapan," ujarnya. "Ada kondisi, pengamatan, penilaian, kekhawatiran, munculnya perlawanan dan aksi protes."

Selidiki Aliran Sesat

Selain kasus pembunuhan, ternyata Dimas juga diduga melakukan penistaan agama. Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Argo Yuwono.

Walau demikian, saat ini polisi masih fokus pada kasus pembunuhannya terlebih dahulu. Sementara, penyidik masih berkonsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia untuk mengetahui kepastiannya.

"Ulama kan yang ahlinya, apakah ajarannya sesat dan menistakan agama atau tidak," kata Argo sebagaimana dikutip detikcom.

Namun dugaan itu langsung dibantah. Menurut Marwah, padepokannya masih menjalankan ajaran sesuai ketentuan agama Islam dan tidak pernah mengubah syariat Islam.

"Kami sudah mengajak orang MUI, untuk melihat kegiatan kami dari subuh sampai subuh lagi, apa yang sesat," kata dia. (rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER