Kontroversi Ahok dan Panggung untuk Djarot

Gloria Safira Taylor | CNN Indonesia
Selasa, 18 Okt 2016 09:47 WIB
Ahok kini tak lagi banyak bicara soal pilkada setelah pernyataan kontoversialnya terkait ayat Alquran. Panggung politik diberikan ke pasangannya, Djarot.
Ahok kini tak lagi banyak bicara soal pilkada. Panggung politik diberikan ke pasangannya, Djarot. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Petahana Basuki Tjahaja Purnama, setelah mengatakan akan undur diri dari memberikan komentar politik terkait pemilihan kepala daerah 2017, membuktikan ucapannya itu usai menerima deklarasi dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan, Senin malam (17/10)

Ahok, sapaan Basuki, hanya memberikan sambutan saat deklarasi. Pada sambutan itu, Ahok mengisinya dengan canda tawa soal hubungan dia dengan Ketua Umum PPP Muktamar Jakarta, Djan Faridz, yang diakuinya sudah berlangsung lama.

Usai menyampaikan sambutan, ketika akan diwawancarai oleh awak media, Ahok yang semula berdiri di sebelah kanan Djarot Saiful Hidayat, spontan berpindah tempat untuk memberikan posisi strategis pada Djarot. Panggung politik pun menjadi milik sang wakil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biar Pak Djarot saja yang bicara," kata Ahok yang lalu berdiri di belakang Djarot.

Di belakang Djarot, Ahok hanya melempar senyum dan sedikit bercanda dengan para ajudannya. Ia tak sedikitpun mengambil alih "panggung" yang diserahkannya Djarot.

Diberi kesempatan penuh untuk bicara, Djarot hanya mengatakan bahwa dukungan dari PPP kubu Djan Faridz akan membawa mereka pada kemenangan.

"Tangannya Pak Djan ini dingin loh," kata Djarot, lantas tertawa.
Ahok, saat di Balai Kota DKI Jakarta, memang mengatakan bakal menyerahkan urusan politik kepada Djarot. Sementara dia akan fokus berbicara soal pekerjaan yang saat ini masih dia emban selaku Gubernur.

Bukan sekali saja Djarot tampil di panggung politik untuk Pilkada DKI 2017. Beberapa kali, ia mengikuti acara deklarasi dukungan relawan Djarot tanpa ditemani oleh Ahok.

Pada 5 Oktober misalnya, Djarot menghadiri deklarasi dari relawan yang menamakan diri mereka sebagai Dulure Djarot. Kelompok relawan ini terdiri dari pedagang kaki lima, tukang potong rambut, mahasiswa, hingga ibu rumah tangga.

Meski kelompok relawan itu menamakan diri dalam bahasa Jawa, Djarot mengatakan dukungan terhadapnya berasal dari semua suku yang ada di Jakarta.

"Dulure itu punya arti saudara. Maknanya juga lebih dalam. Yang namanya saudara itu seiya-sekata, saudara senasib, sependeritaan. Senang bersama, susah bersama dalam suka dan duka," katanya saat itu.

Tak sebatas deklarasi, Djarot bersama Dulure Djarot pun mengadakan aksi tanam pohon di taman depan Balai Kota, Minggu pagi (16/10). Aksi tersebut menurut Djarot sebagai bentuk peduli lingkungan.

Usai melakukan aksi tanam pohon di Balai Kota DKI Jakarta, malam harinya Djarot menyambangi Kampung Teluk Gong, Jakarta Utara.

Teluk Gong menjadi kawasan deklarasi relawan dari elemen lain untuk Djarot. Kelompok relawan yang satu ini menamakan diri mereka Jaringan Kemandirian Nasional Basuki Djarot (Jaman Ba-Dja).

Deklarasi ramai diikuti warga setempat dan anak-anak. Canda tawa dengan campura bahasa Jawa terjadi antara warga dengan Djarot --politikus PDIP yang pernah memimpin Blitar, kota di Jawa Timur, selama dua periode.

Saat itu deklarasi dilakukan dengan memukul kentungan siskamling. Ini sesuai program Djarot mendukung dijalankannya lagi aktivitas sistem keamanan linglungan alias siskamling yang kini redup.

Djarot tak lupa berpesan kepada warga Teluk Gong untuk menjaga situasi politik dan kampanye pilkada. Pesan-pesan itu disambut penuh semangat oleh warga.

Nama Djarot makin melambung.
Munculnya Djarot di tengah masyarakat baru-baru ini seolah menjadi strategi politik tim pemenangan Ahok-Djarot, menyusul blunder Ahok kala mengeluarkan ucapan kontroversial yang mengutip ayat suci Alquran, yaitu surat Al-Maidah ayat 51, pada 27 September, di hadapan warga Kepulauan Seribu.

Pascainsiden itu, Ahok dikecam luas. Gelombang protes terus datang. Bukan hanya dari warga ibu kota dan lawan-lawan politik Ahok di Jakarta, tapi juga dari kalangan internal pendukung duet Ahok-Djarot.

Posisi Ahok yang tersudut membuat Djarot harus tampil ke muka. Dia diharapkan kembali menarik dukungan suara sekaligus dapat meredam emosi masyarakat.

Peran Djarot tak bisa diremehkan. Ahok kian membutuhkan wakilnya itu, dan kerja sama serta strategi keduanya menghadapi Pilkada DKI Jakarta kian terlihat.
(sur/agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER