Kepala Bakamla Akui Anak Buahnya Ditangkap

Raja Eben Lumbanrau | CNN Indonesia
Rabu, 14 Des 2016 18:41 WIB
Kepala Badan Keamanan Laut Republik Indonesia Laksamana Madya Ari Soedewo mengakui anak buahnya ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Kepala Badan Keamanan Laut Republik Indonesia Laksamana Madya Ari Soedewo mengakui anak buahnya ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla) Laksamana Madya Ari Soedewo mengakui anak buahnya ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun Ari tak menjelaskan secara rinci mengenai kasus yang menimpa anak buahnya tersebut.

"Betul (ada penangkapan)," kata Ari saat kepada CNNIndonesia.com, Rabu (14/12).

Komis Pemberantasan Korupsi menyatakan telah melakukan operasi tangkap tangan terhadap seorang oknum pejabat yng bertugas di sektor kelautan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Biro Humas KPK Febri Diansyah mengatakan, OTT terhadap oknum tersebut terkait dengan sebuah pengadaan barang yang dilakukan di sektor kelautan.

"Ada kegiatan OTT terkait pengadaan di sektor kelautan," ujar Febri dalam pesan singkat,.

Meski demikian, ia enggan membeberkan secara rinci siapa sosok yang tertangkap dalam OTT tersebut. Ia juga enggan berkomentar soal besaran jumlah uang yang disita dan siapa saja yang diamankan dalam OTT tersebut.

Di sisi lain, Ketua KPK Agus Rahardjo juga membenarkan telah terjadi OTT hari ini. Namun, ia juga enggan berkoemntar. Ia hanya menyampaikan, KPK akan memberi keterangan pers esok sekitar pukul 11.00 WIB.
"Betul (terjadi OTT). tunggu konpers besok pagi sebelum jam 11.00 WIB," ujar Agus dalam pesan singkat.

Berdasarkan pantauan, satu unit mobil jenis Toyota Fortuner juga telah diamankan oleh KPK diduga berkaitan dengan OTT tersebut. Seperti pada OTT sebelumnya, KPK menutup plat nomor mobil tersebut.

KPK menyatakan akan fokus menangani kasus korupsi di sektor kemaritiman. Wakil Ketua KPK Laode Muhamad Syarif menyebut sektor kelautan dan perikanan paling banyak terjadi suap dan korupsi.

Ia berkata, banyak pengusaha di sektor itu yang tidak taat membayar kewajibannya. Hal itu menyebabkan penerimaan negara dari sektor kelautan dan perikanan masih sangat rendah.

"Penerimaan negara dari sektor perikanan, tahun 2000 sampai 2012 kurang dari 1 persen. Bayangkan, Indonesia dengan panjang pantai dengan grade terpanjang di dunia, kurang dari 1 persen dari jumlah pajak.

Jadi kita bisa tahu ke mana perginya. Pastilah dengan korupsi atau kongkalikong di dalamnya. Jadi memang banyak," ujar Laode di Jakarta, Kamis (20/10). (rel/obs)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER