Jakarta, CNN Indonesia -- Sembari terisak, Sri Wiyani mencoba mengurai kembali ingatannya tentang kepergian Patmi (48). Perempuan yang dia kenang itu adalah rekannya dalam aksi demo penolakan rencana pendirian dan pengoperasian pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah
Patmi meregang nyawa usai terlibat dalam aksi semen kaki sejak pekan lalu di depan Istana Kepresidenan.
Ani mengenal Patmi sebagai petani perempuan yang punya kepedulian tinggi terhadap lingkungan dan gigih menyuarakan kelestarian alam tempat tinggalnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patmi tak pernah absen dalam sejumlah aksi penolakan semen Rembang. Selain terlibat dalam aksi mengecor kaki di depan Istana, Patmi juga turut serta dalam aksi longmarch Kabupaten Pati menuju Semarang yang sempat digelar akhir tahun lalu.
Saat sebagian peserta aksi #DipasungSemen2 memilih pulang ke kampung halaman, Patmi berkeras untuk melanjutkan aksi.
"Bu, jenengan enggak ikut pulang?" kata Ani, mengenang kembali percakapannya dengan Patmi malam sebelumnya.
Patmi bergeming. Dia memilih bertahan.
"Tidak mau pulang, katanya. Saya disuruh tinggalkan dia. Saya tidak tahu akhirnya akan jadi seperti ini," ujar Ani. Air matanya tumpah membasahi pipi.
 Para petani saat menggelar aksi semen kaki. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Patmi adalah satu dari sekitar 50 warga Kabupaten Pati dan Rembang yang bergabung dalam aksi #DipasungSemen2, pekan lalu. Aksi itu merupakan demo lanjutan setelah para petani sebelumnya sempat menggelar aksi serupa, tahun lalu.
Umpami nopo-nopo, nggih niku pun westine. Sing ndamel urip, westine gusti Allah. Kulo nggih, insyaallah nggih saget nampi, pripun malih garise semonten. Mugi-mugi wae dipilar niki keluargine diparingi ketabahanSri Utami, putri Patmi |
Patmi datang sekeluarga, bersama kakak dan adiknya, pada 16 Maret 2017. Dalam kondisi sadar dan atas seizin suaminya, Patmi ikut bergabung dalam aksi semen kaki. Kondisi kesehatannya sangat baik.
Sore kemarin, Senin (20/3), aksi mereka mendapat respons dari lingkaran Istana. Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki mengundang mereka untuk mengajak dialog.
Usai pertemuan itu, warga memutuskan mengubah cara aksi. Sebagian warga dipulangkan ke kampung halaman, sementara aksi akan dilanjutkan oleh perwakilan yang hanya berjumlah sembilan orang.
Patmi, yang awalnya berkeras untuk melanjutkan aksi, pada akhirnya diputuskan tidak perlu melanjutkan aksi. Sehingga cor kakinya dibuka malam itu.
Patmi lantas membersihkan badan dengan mandi sekitar pukul 02.30 dini hari. Setelah itu, dia mengeluh sakit, yang kemudian disusul oleh kejang-kejang, lalu muntah.
Patmi lantas dilarikan ke Rumah Sakit Sint Carolus Salemba. Namun, ia menghembuskan nafas terakhir akibat dugaan serangan jantung sebelum tiba di rumah sakit. Jam saat itu menunjukkan pukul 02.55 WIB.
Selasa pagi, jenazah mendiang Patmi dipulangkan ke desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati untuk dimakamkan di desanya.
Tidak banyak kata yang dilontarkan dari pihak keluarga terkait kepergian Patmi. Anaknya, Sri Utami, terdengar sangat ikhlas atas kepergian sang ibunda.
Sri mengatakan ibunya berangkat ke Jakarta atas restu keluarga dan tanpa paksaan siapa pun.
"Jika ada apa-apa ya itu sudah jalannya yang punya hidup, jalannya gusti allah. Saya sendiri, insya allah sudah bisa menerima. Bagamana lagi garisnya sudah demikian. Semoga yang ditinggalkan, keluarganya diberi ketabahan," ujar Sri menggunankan bahasa Jawa, dalam pesan suara singkat yang direkam pihak Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.