Jakarta, CNN Indonesia -- Pesawat milter Amerika Serikat yang mendarat darurat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh, saat ini masih menunggu tim perbaikan untuk melanjutkan perjalanan ke negara asalnya.
"Sedang menunggu tim
recovery-nya," kata Kadispen TNI AU Marsma Jemi Trisonjaya dalam perbincangan dengan
detikcom dan dikutip
CNNIndonesia.com.
Dari 20 personel militer AS yang diangkut pesawat tersebut, diketahui hanya 12 yang membawa dokumen resmi berupa paspor. Awalnya, hanya kru yang memiliki paspor yang diperbolehkan meninggalkan bandara dan sisanya tetap berada di pesawat.
"(Sekarang) semuanya di hotel. Awalnya seperti itu (ada yang tidak boleh turun dari pesawat). Setelah ada koordinasi dari Kedubes AS dan pihak imigrasi, diizinkan untuk menginap di hotel tapi tidak boleh keluar dari hotel," terang Jemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jemi menambahkan, para personel dan kru pesawat tersebut terus dalam pengawasan TNI AU. "Mereka dalam pengawasan," ujarnya.
Perbaikan pesawat tersebut harus menunggu suku cadang dari AS. Belum dapat dipastikan butuh waktu berapa lama untuk memperbaiki pesawat tersebut.
"Sekarang pesawat menunggu spare part karena mesin satu sudah terbakar," kata Danlanud SIM Kolonel Pnb Suliono kepada wartawan di Bandara SIM, Jumat (24/3/2017).
Suliono belum dapat memastikan kapan tim dari AS tiba di Aceh untuk memperbaiki pesawat. Untuk sementara, pesawat jenis Boeing 707 milik Angkatan Udara Amerika ini parkir di Bandara SIM.
Sementara itu, sebanyak 20 awak pesawat militer tersebut diinapkan di salah satu hotel di Aceh, namun mereka dilarang untuk keluar dari hotel tempat mereka diinapkan.
Jemi Trisonjaya mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Imigrasi. Meski ada yang tidak membawa paspor, seluruh kru pesawat itu diizinkan meninggalkan bandara.
"Hasil koordinasi dengan Kedubes AS dengan Imigrasi, diizinkan untuk menginap di hotel," ungkapnya.
Sebelumnya diinformasikan Komandan Lanud Sultan Iskandar Muda Kolonel (Pnb) Suliono pesawat tersebut terbang dari pangkalan militer AS di Diego Garcia, sebuah pulau di Samudera Hindia. Pesawat itu berencana mengakhiri perjalanan di Jepang.
Suliono menuturkan, di tengah perjalanan, satu dari empat mesin pesawat itu rusak. Akibat kejadian itu, kapten pesawat menghubungi pengatur lalu lintas udara Bandara Sultan Iskandar Muda.
Sebelum mendarat darurat, kata Suliono, pesawat Angkatan Udara AS itu sempat berputar-putar di udara. Penerbang pesawat itu menghabiskan bahan bakar untuk menghindari potensi ledakan saat pendaratan.