Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol. Condro Kirono mengatakan, AMR (16) membunuh rekan satu barak SMA Taruna Nusantara, Krisna Krisna Wahyu Nurachmad alias Eno (15), karena didasari rasa sakit hati.
Kejadian bermula ketika telepon seluler milik AMR yang dipinjam korban ketahuan oleh pamong/pengasuh sekolah. Handphone itu lantas disita karena siswa kelas 10 tidak boleh membawa alat komunikasi.
Selain itu, AMR juga pernah kepergok korban saat mengutil uang teman satu barak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"AMR telah kami tetapkan sebagai anak pelaku, yang mana motif dari tindakannya adalah sakit hati atas perilaku korban," ujar Condro memberikan keterangan kepada wartawan, Sabtu (1/4).
Condro mengatakan, AMR mulanya berkelit dari sejumlah alibi yang menjuruskan dirinya pada dugaan pembunuhan. Namun AMR kemudian tak bisa berkelit dari sejumlah bukti dan kesaksian yang telah dikantongi kepolisian.
"Dengan mendasari olah tempat kejadian perkara, alibi, dan keterangan saksi-saksi, serta temuan barang bukti, AMR mengakui bahwa dirinya yang telah melakukan pembunuhan," kata Condro.
Krisna sebelumnya ditemukan tewas bersimbah darah dengan luka senjata tajam di leher. Dia meregang nyawa di barak Kompleks SMA Taruna Nusantara di Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, kemarin.
Keberadaan korban diketahui kali pertama oleh pamong/pengasuh sekolah, Riyanto dan Kodiat saat hendak membangunkan siswa untuk salat Subuh, di barak G-17.
Berdasarkan olah TKP sebelumnya, kata Condro, polisi berhasil mengamankan sebilah pisau yang digunakan AMR untuk menusuk leher korban.
Pisau itu ditemukan di dalam kamar mandi barak G17. Hasil penelusuran, pisau itu dibeli AMR dari swalayan tak jauh dari kompleks sekolah.
Selain itu, polisi juga mengamankan baju seragam berlumuran darah milik korban. Lumuran darah itu kemudian diamankan untuk diuji DNA lebih lanjut.
"Atas perbuatannya, anak pelaku kami tahan di Polres Magelang. Karena usianya di bawah umur, ruang tahanan dipisah dengan yang dewasa," kata Condro.