Jakarta, CNN Indonesia -- Sambil bersandar pada bantal kecil berwarna ungu, anak perempuan berbadan bongsor itu tampak asik dengan gawai pribadi miliknya. Namanya Gita. Di sampingnya, ada sang ayah, Suryana, yang baru selesai menunaikan kewajiban salat zuhur.
Keduanya memilih rehat sejenak di Masjid Jami Al-Azhar Jakapermai, Bekasi, sebelum melanjutkan perjalanan menuju Subang, Jawa Barat.
Sejak pukul 10.30 WIB tadi, Suryana, bersama istrinya Dwi dan Gita, telah memulai perjalanan dari rumah mereka di Depok, menggunakan motor matic hitam.
Suryana adalah satu dari sekian banyak pemudik yang memilih menggunakan motor meski kepolisian mengimbau pemudik tidak pulang kampung menggunakan motor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Suryana, dengan sepeda motor, perjalanan Depok-Subang bisa ditempuh dalam waktu dua hingga tiga jam.
"Tapi karena bawa anak, jadi ya santai saja. Kecepatannya maksimal 40 atau 50 km per jam saja. Targetnya bisa tiba setelah Ashar," kata Suryana.
 Pemudik bersepeda motor ramai melintas di kawasan Kalimalang, Bekasi. (CNN Indonesia/Filani Olyvia) |
Gita yang sudah cukup sering ikut kebiasaan kedua orang tuanya untuk mudik dengan sepeda motor juga tidak banyak mengeluh. Untuk kenyamanan, ia sengaja membawa bantal kecil ungu kesayangannya itu.
"Jadi, kalau dia ngantuk, dia bisa pindah ke tengah. Pakai bantal biar enggak pegal, bisa bersandar sama ibunya," ujar sang ayah, membantu Gita yang tampak malu-malu ketika ditanya.
Karena tidak terlalu jauh, menurut Suryana, mudik dengan mengenakan sepeda motor sudah jadi opsi paling praktis. Ia tidak perlu mengatur jadwal keberangkatan dan kepulangan jauh-jauh hari sebelumnya.
Dengan motor, Suryana juga menyatakan tidak khawatir terjebak lama di kemacetan, atau kehabisan tiket kereta. "Kapan ingin berangkat, tinggal berangkat," katanya.
Soal biaya, Suryana mengatakan mudik menggunakan motor jauh lebih hemat ketimbang moda transportasi lain. Untuk sekali perjalanan, ia hanya perlu mengeluarkan maksimal biaya Rp100 ribu untuk bensin dan makan.
Sementara itu Perwira Posko Pelayanan Terpadu BCP, Bekasi, Inspektur Dua Joko Priswantoro.
Menurutnya, faktor biaya masih jadi salah satu alasan pemudik tetap menggunakan sepeda motor sekalipun risiko kecelakaan jauh lebih tinggi.
"Karena selain hemat, mereka juga tidak perlu pusing lagi kalau di daerah tujuan mau pergi jalan-jalan. Toh, sudah ada motor sendiri," kata Joko.
Pantauan
CNNIndonesia.com, pemudik asal Jakarta telah banyak melewati jalan Kalimalang, Bekasi, sejak kemarin pukul 10.00 WIB.
Keramaian terutama terlihat di Jalan KH Noer Ali. Tampak cukup banyak pemudik menggunakan motor dan membawa muatan yang melebihi standar keamanan.
Motor-motor dimofikasi agar bisa membawa beban melebihi kapasitas. Mereka, para pemudik, biasanya memasang papan di jok belakang sebagai tempat membawa barang bawaan mereka. Bahkan ada yang menggendong kasur yang sudah digulung dan diikat sedemikian rupa.
Apa yang dilakukan para pemudik itu jelas bertentangan dengan imbauan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Royke Lumowa beberapa hari sebelumnya.
Royke mengimbau pemudik tidak menggunakan sepeda motor untuk mudik. Imbauan itu dikeluarkan karena merujuk data tahun lalu, pengguna sepeda motor merupakan penyumbang kecelakaan terbesar.
Data Korlantas Mabes Polri saja menunjukkan, dari 3.000 kecelakaan yang terjadi selama musim mudik lebaran tahun lalu, lebih dari 70 persen korban melibatkan pengguna sepeda motor.