Beda Rayakan Idulfitri, Jangan Jadi Sumber Perselisihan

CNN Indonesia
Senin, 26 Jun 2017 09:25 WIB
Imam Masjid Al-Marzuqiyah, Lukman Hakim menyatakan agar perbedaan perayaan Idul Fitri tak jadi sumber perselisihan.
Jemaat Masjid Al-Marzuqiyah saling bersilaturahmi selepas salat Id yang dilaksanakan sehari lebih lambat dari yang ditetapkan pemerintah (dok. CNN Indonesia/Tiara Sutari)
Jakarta, CNN Indonesia --
Imam Masjid Al-Marzuqiyah, Lukman Hakim menyatakan agar perbedaan perayaan Idul Fitri tak jadi sumber perselisihan. Ia berharap, perbedaan ini bisa menjadi lahan untuk saling menghormati keputusan masing-masing pihak.

"Kami punya standar sendiri. Menurut guru kami sendiri. Perbedaan di kalangan umat merupakan rahmat bukan perselisihan. Warga Cipinang Muara ini tak masalah karena ibadah tergantung keyakinan kita masing-masing," kata Lukman di kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur, Senin (26/6).

Jemaah Masjid Al-Marzuqiyah di kawasan Cipinang Muara, Jakarta Timur, diketahui merayakan Hari Raya Idulfirtri hari ini, Senin (26/7).
Perayaan ini berbeda dengan keputusan Pemerintah Indonesia yang dikeluarkan melalui Kementerian Agama (Kemenag) dimana pemerintah menetapkan Idulfitri pada 25 Juni, kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Perbedaan ini, kata Lukman bukan merupakan pertentangan terhadap pemerintah. Tetapi beda perayaan ini terjadi lantaran memang penentuan hilal yang dianut oleh umat ada standarnya masing-masing.

Dengan adanya perbedaan ini, kata Lukman jangan sampai menjadi sumber perselisihan.

Lukman juga menjelaskan bahwa perbedaan penetapan hari raya Idulfitri antara jemaah Masjid Al-Marzuqiyah dengan pemerintah Indonesia bukan pertama kali terjadi.

Hal serupa sempat terjadi tiga tahun lalu. "Sekitar 2014 kita beda juga, ini bukan yang pertama kali. Nah kalau tahun lalu sama," katanya lagi.


Lukman, menyebut penentuan Hari Raya Idulfitri jemaah Masjid Al-Marzuqiyah berpatokan pada Kitab Tamyiz Zulhaq Minad Dollal, karangan dari Habib Usman Bin Aqil Bin Yahya.

Penentuan ini pun disebut merujuk pada kitab Fadhlul Rohman karangan, Marzuki bin Mirsod. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa penampakan hilal dapat terlihat dengan batas minimal ketinggian tujuh derajat.

"Sebagimana penjelasan kemarin dari guru-guru kita bahwa standar hilal ukuran 7 derajat itu standar kami," kata Lukman.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER