Pertama dalam 10 Tahun, Pasar Gembrong Sepi Pembeli

CNN Indonesia
Selasa, 27 Jun 2017 11:33 WIB
Biasanya para pedagang mainan anak meraup untung berlipat kala lebaran tiba, tapi tidak tahun ini. Ada pedagang yang justru tak bisa balik modal.
Pedagang mainan Di Pasar Gembrong, Jakarta, Selasa (27/6). Biasanya mereka diserbu pembeli di setiap libur lebaran. (CNN Indonesia/Tiara Sutari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah pedagang boneka dan mainan anak-anak di kawasan Pedati, Jatinegara, Jakarta Timur mengaku penjualan pada libur lebaran tahun ini lesu. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, kios mereka juga sepi pengunjung.

Padahal, momen Ramadan dan Idulfitri biasanya menjadi puncak ketika masyarakat berbelanja mainan anak-anak, khususnya penduduk Jakarta yang hendak mudik dengan membawa oleh-oleh.

Riyani (42), salah seorang pedagang boneka di pasar gembrong, Pedati, Jakarta Timur misalnya, mengaku omset penjualan boneka menukik drastis. Selama 10 tahun berjualan di pasar tersebut, baru kali ini ia mengalami kondisi seperti ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, kata Riyani, beberapa bulan ini dagangannya tak balik modal.

"Turun. Kalau dikata rugi ya rugi kita, pokoknya pas mulai pemilu kemarin sampai sekarang (omset) turun lah pokoknya," kata Riyani kepada CNNIndonesia.com di Jakarta, Selasa (27/6).
Hanya kios-kios yang berada di jajaran depan Pasar Gembrong yang buka, sementara di bagian dalam tutup. Hanya kios-kios yang berada di jajaran depan Pasar Gembrong yang buka, sementara di bagian dalam tutup. (CNN Indonesia/Tiara Sutari)
Dalam pantauan CNNIndonesia.com, di hari ketiga lebaran ini memang tak banyak aktivitas terjadi di Pasar Gembrong. Hanya pedagang yang memiliki kios di bagian depan pasar yang berjualan, sementara kios-kios di bagian dalam tutup.

Tak banyak orangtua yang membawa anaknya untuk membeli mainan di sana.  

Riyani sempat berpikir kalau penjualannya akan meningkat saat hari raya Idulfitri tiba. Sayangnya, pemikirannya itu justru tak terwujud dan malah semakin mengalami kerugian.

"Ya sempet berpikir, nanti lebaran banyak lagi yang beli. Eh sudah hari ketiga lebaran, yang beli enggak datang-datang," kata dia.

Lebih lanjut, Riyani menyebut jika perbedaan omsetnya saat ini dibandingkan tahun-tahun lalu bisa mencapai sekitar 60 persen. Sebelumnya, kata dia, pendapatan dalam sehari jika dihitung kotor bisa mencapai delapan sampai sembilan juta rupiah.

"Sekarang paling besar itu ya sehari tiga juta rupiah, malah pernah sehari kita orang tidak dapat sama sekali," kata dia.

Sementara pedagang bernama Rahmat (54) mengaku sengaja menutup tokonya sejak jumat lalu, atau dua hari sebelum perayaan Idulfitri. Ia juga meliburkan dua orang karyawannya hingga tanggal 30 Juni.

"Libur saja lah, karyawan saya liburkan. Saat ini saya mengecek toko saja takut ada yang bobol," kata Rahmat kepada CNNIndonesia.com.

Rahmat menyebut, sebenarnya alasan lain dia memilih menutup tokonya itu lantaran memang saat ini penjualan mainan anak-anak menurut dia sedang dalam masa sepi. Memaksakan berdagang pun, ujarnya, justru tidak akan menghasilkan apa-apa.

"Paling hasilnya cuma lelah, tapi duit enggak ada. Ya kagak ade yang beli," kata dia.

Seperti Riyani, Rahmat juga menyebut penurunan pedagang ini baru dia rasakan pertama kali setelah hampir tujuh tahun dia membuka kios mainan anak-anak. Bahkan, kata dia, beberapa bulan terkahir stok dagangan yang biasanya bisa habis dalam dua sampai tiga hari, justru sudah berminggu-minggu tidak habis.

"Iya ini saya belum nyetok udah dari awal Mei, barangnya enggak laku masa mau nyetok lagi," katanya.



----

Catatan redaksi: Tulisan diperbarui dengan menambahkan ucapan Rahmat pada 13.37 WIB.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER