Sesi Terakhir, Pertanyaan dari Amplop
21:55
Sesi terakhir. Setiap paslon diminta mengambil satu dari enam amplop berisi pertanyaan, dan harus dijawab oleh cagub. Pasangan pertama yang berkesempatan mengambil amplop pertanyaan adalah pasangan Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengambil amplop, dan mendapat pertanyaan tentang perdagangan.
"Bagaimana tanggapan anda tentang membanjirnya barang-barang impor, apa solusi anda?"
Ridwan Kamil:Di Indramayu ada petani jual beras Rp4 ribu enggak bisa sejahtera, kenapa Rp8 ribu-nya dikuras. Konsep kami adalah menjadikan Jawa Barat Provinsi digital se-Indonesia salah satunya mendigitalkan perdagangan. Tugas gubernur melatih petani agar bisa terima pesanan. Konsep pasangan rindu adalah mendigitalisasi perdagangan. Nantinya ibu-ibu bisa membeli beras ke petani langsung.
Pasangan kedua mengambil amplop pertanyaan, dan mendapat pertanyaan soal pertahanan keamanan.
"Jabar rawan terhadap ancaman perdaganagan manusia apa strageti untuk mengatasi masalah ini?" tanya Rosi
TB Hasanuddin: Terima Kasih ini pekerjaan saya. Jabar banyak lobang-lobang yg mudah datang dan pergi maka strategi tutup wilayah tikus itu yang akan dilakukan. Kedua, yang harus dilakukan yang namanya patroli bersama.
Anton Charliyan: Kita harus bikin regulasi yang tepat.
"Apa yang akan Anda dilakukan untuk memperkuat UMKM dan korupsi?
Sudrajat: Masalah koperasi lebih dari jumlah yang 20 persen makin lama makin menuriu dan hilang karena profesionalisme kurang. Untuk itu harus ada penyuluhan dan bimbingan dan masukan sarana yang bisa online. Jawa Barat 100 mpersen online dapat mengankat koperasi.
Pasangan nomor empat mendapat pertanyaan bertema Industri.
"Dewasa ini dunia mengalami revolusi 4.0. apa yang akan anda lakukan agar menjadi peluang warga Jawa Barat," kata Rosi.
Deddy Mizwar: Saya enggak bisa jawab pertanyaan ini, Nanti saya minta ahlinya. Nanti saya panggil profesor. persoalan sumber daya manusia bukan hanya pendidikan tapi bagaimana layanan uji kompetensi. Kenapa harus digantikan teknologi, karena sumber daya manusia kita tidak memadai.