Jakarta, CNN Indonesia -- Persaudaraan Alumni (PA) 212 berencana menggelar Aksi Bela Islam 64 untuk merespons dugaan penistaan agama yang dilakukan Sukmawati Soekarnoputri lewat puisi Ibu Indonesia.
Apa yang disampaikan Sukmawati dalam puisi itu dinilai lebih parah dari penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait surat Al-Maidah.
Humas PA 212 Novel Bamukmin mengatakan aksi akan digelar pada Jumat (6/4) dari Masjid Istiqlal menuju Bareskrim Polri di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jumat setelah Salat Jumat kita akan lakukan Aksi Bela Islam 64," ujar Novel saat ditemui di Sekretariat PA 212 usai rapat tertutup di Jakarta Timur, Selasa (3/4) malam.
Novel menyampaikan aksi ini dilakukan karena penistaan agama oleh Sukmawati Soekarnoputri tidak sepatutnya dilakukan sebagai anak dari proklamator Sukarno.
Terlebih lagi, penistaan oleh Sukmawati dinilai PA 212 lebih parah dari yang dilakukan Ahok.
"Dari sisi hukum, ini lebih parah dari Ahok. Ini tersistem secara masif, ini dipersiapkan untuk bisa menyerang azan dan cadar. Ini kalamullah yang diserang," pungkasnya.
Novel belum bisa menaksir jumlah massa yang akan hadir. Namun aksi ini, katanya, akan sedikit berbeda karena akan memberi panggung lebih kepada perempuan.
Novel menyatakan pada aksi nanti kaum perempuan akan lebih mendominasi baik secara jumlah maupun peran dalam aksi. Namun tuntutannya sama: memidanakan Sukmawati.
"Kita meminta Polri untuk segera menangkap Sukmawati karena laporan sudah masuk. Kita minta ditetapkan sebagai tersangka dan dijebloskan ke penjara," tegasnya.
Keputusan untuk menggelar aksi didapat setelah PA 212 menggelar rapat internal tertutup di Sekretariat PA 212 di Jakarta Timur, Selasa (3/4) malam.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, ada sekitar tiga puluh peserta rapat yang terdiri dari Alumni 212, Brigade 212, dan Bang Japar.
Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Tony Surya Putra juga terlihat menghadiri rapat.
"Biasa hanya silaturahmi beliau," ujar Novel.
Sebelumnya, puisi Sukmawati Soekarnoputri yang berjudul Ibu Indonesia mengundang kontroversi. Puisi tersebut dinilai mengandung unsur penistaan agama karena membandingkan azan dengan kidung, menyinggung cadar, dan Syariat Islam.
(osc)