Jakarta, CNN Indonesia -- Upacara adat budaya keraton
Tingalan Dalem Jumenengan ke-14 Sampeyan Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SISKPS) Pakoe Boewono XIII di Sasono Sewaka Keraton Kasunanan Surakarta, pada Kamis (12/4), berjalan aman dan lancar setelah mendapat penjagaan ketat.
Upacara
Tingalan Dalem Jumenengan digelar untuk memperingati hari ulang tahun kenaikan tahta raja. Saat ini, tahta raja Keraton Kasunanan Surakarta dipegang oleh Raden Mas Suryo Partono selaku Pakoe Boewono XIII.
Sejumlah tokoh penting menghadiri upacara ini di antaranya Menko Polhukam Wiranto, Wali Kota Surakarta F.X Hadi Rudyatmo, Danrem 074/Warastratama Kolonel Inf Widi Prasetijono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan tokoh masyarakat yang hadir antara lain Sutjiyatmi Notomihardjo atau ibu kandung Presiden Joko Widodo, dan Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Subagyo H.S.
Gusti Pangeran Haryo (GPH) Dipo Kusumo selaku Ketua I Bidang Tata Cara Upacara Keraton Surakarta mengatakan upacara tradisi keraton yang dilestarikan setiap tahun tersebut berjalan tanpa hambatan berarti.
Upacara juga diselingi pemberian gelar kepada sejumlah tokoh antara lain Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puspo Hadikusumo, KGPH Dipo Kusumo, KGPH Mangkubumi, KGPH Purboyo, juga gelar untuk Gubernur Kalbar, Bupati Kutai Barat, Kapolda Jateng, dan Pangdam IV Diponegoro, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH).
Sementara itu Menko Polhukam Wiranto menyebut upacara
Tingalan Dalem Jumenengan ke-14 Pakoe Boewono XIII sebagai simbol kerukunan keluarga dan kerabat Keraton Kasusunan Surakarta.
"Saya melihat di sini, ada simbol kerukunan dari keluarga kerabat keraton yang menampilkan suatu adat budaya sangat luar biasa luhurnya," kata Wiranto usai mengikuti prosesi upacara Jumenengan.
Budaya Jawa atau budaya nasional yang adi luhung, kata Wiranto, bisa terancam hilang jika tidak dilestarikan.
Selain itu, Wiranto menekankan pentingnya keberadaan keraton meski saat ini tak lagi mempunyai wilayah dan kekuasaan seperti dulu. Menurut dia, keraton berperan sebagai simbol kultural tertentu yang terkadang masih dianut oleh sebagian masyarakat di Indonesia.
(wis/gil)