Lahan Kritis di Jawa Disebut Mengkhawatirkan

Mesha Mediani | CNN Indonesia
Jumat, 06 Jul 2018 11:05 WIB
Kementerian Lingkungan Hidup dan Lingkungan menilai kondisi lahan kritis di Pulau Jawa semakin mengkhawatirkan. Luas lahan kritis di Jawa mencapai 2 juta ha.
Luas lahan kritis di pulau Jawa dinilai semakin mengkhawatirkan. (Ilustrasi/ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Luas lahan kritis atau lahan tidak produktif di Jawa hingga saat ini mencapai 2.128.680 hektare (ha), atau sekitar 15 persen dari total lahan kritis di Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan.

"Sekarang kita lihat rehabilitasi intensif sedang dilakukan, tahun-tahun depan kita akan rehab besar-besaran," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perencanaan, Evaluasi, dan Perencanaan Daerah Aliran Sungai (PEPDAS) Yuliarto Joko Putranto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (5/7).


Total lahan kritis di Indonesia adalah 14 juta ha. Selain Jawa, rincian lainnya yakni Sumatra 4,5 juta ha, Kalimantan 2,8 juta ha, Sulawesi 1,8 juta ha, Papua 975 ribu ha, Bali dan Nusa Tenggara 953 ribu ha, dan Maluku 687 ribu ha.

"Jawa ini harus kita perhatikan lebih khusus. Secara geomorfologi memang ini daerah rentan," ujar Yuliarto yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) tersebut.

Yuliarto menjelaskan parameter lahan kritis terdiri dari tutupan lahan, erosi, topografi, dan fungsi kawasan.

Penyebab lahan kritis di Jawa, kata Yuliarto, umumnya karena kondisi geologisnya penuh dengan gunung api. Sehingga, kebanyakan jenis tanah di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS) adalah tanah vulkanik yang peka terhadap erosi.

Selain itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi di Jawa juga berpengaruh terhadap penambahan lahan kritis.

"Ketika di situ muncul pusat pertumbuhan dengan pembukaan jalan, dari situ muncul lahan kritis," kata Yuliarto.

Lahan paling kritis di daerah Jawa, Yuliarto menyebut antara lain dataran tinggi Dieng yang merupakan kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah. Dieng juga kaya akan budi daya tanaman sayurnya. Kemudian, daerah Lembang dan Garut di Jawa Barat.

Pasalnya, di kawasan tersebut muncul tanaman-tanaman holtikultur di lanskap yang seharusnya difungsikan sebagai vegetasi tanaman hutan dan tanaman kebun.

"Tetapi justru dibuka lahannya untuk usaha tani dan tanaman musim demi memenuhi kebutuhan penduduk," ujarnya.

Yuliarto menjelaskan salah satu dampak lahan kritis adalah pengikisan tanah alias erosi. Sehingga, terjadi hilangnya kesuburan tanah dan penurunan produktivitas.

Erosi yang menyebabkan pengendapan tanah di sungai-sungai akan menyebabkan banjir. Tutupan atau vegatasi lahan yang berkurang pun akan meningkatkan aliran run off penyebab banjir.

(ugo/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER