Drama Jenderal Kardus dalam Pencapresan Prabowo-Sandi

Bimo Wiwoho | CNN Indonesia
Jumat, 10 Agu 2018 08:03 WIB
Pencapresan Prabowo-Sandiaga berlangsung penuh drama, sebutan Jenderal Kardus pun sempat terlontar dari mulut elite Demokrat yang kecewa dengan sikap Prabowo.
Pemilihan cawapres untuk Prabowo Subianto tak semulus pemilihan Ketua Gerindra itu sebagai calon presiden Pilpres 2019. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penunjukan Prabowo Subianto sebagai calon presiden berjalan mulus tanpa kendala berarti. Namun tak demikian dengan pemilihan calon wakil presidennya, Sandiaga Uno, yang penuh lika-liku dan menguras emosi.

April lalu, Gerindra menunjuk Prabowo sebagai capres dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang digelar di rumahnya di kawasan Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Saat itu Prabowo tanpa pikir panjang menyatakan siap menerima mandat tersebut.

Partai oposisi terutama PKS, termasuk sejumlah ormas Islam yang dikenal vokal terhadap Jokowi menyambut hangat kesiapan Prabowo. Proses perburuan sosok cawapres pun dimulai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PKS langsung menyodorkan sembilan nama kadernya sebagai calon wakil presiden Prabowo. Sementara Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama menggelar acara khusus yang disebut Ijtima Ulama pada 27 Juli yang turut dihadiri Prabowo.

Dalam acara itu para ulama yang hadir merekomendasikan Prabowo sebagai capres dengan dua skenario cawapres yakni Abdul Somad dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri.

Kekacauan terjadi setelah Demokrat mencoba masuk koalisi Gerindra.
Drama Jenderal Kardus dalam Pencapresan Prabowo-Sandi Prabowo dan Susilo Bambang Yudhoyono sepakat menjalin kerja sama politik beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Penampilan flamboyan Susilo Bambang Yudhoyono di depan televisi mendapat sorotan luas media massa. Kemampuannya berpidato seolah menggeser magnet oposisi yang selama ini terfokus pada Gerindra dan PKS.

Demokrat, pelan tapi pasti, mendapat panggung utama. Pun dalam bursa cawapres. Agus Harimurti Yudhoyono ikut menarik perhatian. Namun Demokrat secara tegas menyatakan tak pernah meminta jatah koalisi kepada Prabowo.

Ketidakharmonisan muncul seiring menguatnya nama AHY sebagai cawapres Prabowo. Perkembangan ini membuat PKS, sekutu setia Gerindra, menguatkan sikap mendukung kadernya Salim Segaf Aljufri menjadi cawapres.

Berkali-kali sejumlah petinggi PKS mendorong agar Prabowo merealisasikan hasil ijtima ulama, yakni mengangkat Salim Segaf atau Abdul Somad menjadi cawapres. Mereka mengutarakan hal tersebut ke khalayak publik.

PKS pun mengancam bakal membentuk poros ketiga bersama PAN dan PKB jika hasil ijtima ulama tidak direalisasikan Prabowo. Menurut Presiden PKS Sohibul Iman, ada kemungkinan PKB terlempar dari koalisi pendukung Jokowi jika ketua umumnya Muhaimin Iskandar tidak terpilih sebagai cawapres.

"Makanya kami terus bangun komunikasi politik. Poros ketiga saya kira sangat mungkin terjadi, apalagi setelah Jokowi buat keputusan siapa cawapresnya. Bisa jadi ada yang kecewa di tubuh koalisi," ucap Sohibul, Selasa (7/8).

PAN menambah kemelut dengan sikap menolak baik AHY, Somad, maupun Salim Segaf. Ketua DPP PAN Yandri Susanto menyatakan partainya tak akan mendukung Prabowo jika Salim Segaf Aljufri atau AHY didapuk sebagai cawapres.

"Ambil jalan tengah, kalau Pak Prabowo ngambil Salim Segaf misalkan, kami tidak setuju. Atau ngambil AHY, kami tidak setuju," ujar Yandri di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (7/8).
Drama Jenderal Kardus dalam Pencapresan Prabowo-Sandi Prabowo bersama petinggi PAN dan PKS di Ijtimak Ulama. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Jenderal Kardus vs Jenderal Baper

Prabowo menghadapi situasi yang semakin runyam setelah muncul isu Sandiaga membayar PAN dan PKS demi memuluskan langkahnya menjadi cawapres Prabowo. Partai Demokrat bereaksi paling keras atas isu ini.

Wakil Sekjen Demokrat Andi Arief di akun twitternya pada Rabu malam (8/8) bahkan menyebut Prabowo adalah Jenderal Kardus.

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghatgai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus," tulis Andi Arief melalui akun twitter @AndiArief_, Kamis (8/8).

Politikus Gerindra Arief Poyuono membalas ejekan Andi dengan menyebut SBY sebagai Jenderal Baper.

Balasan Poyuono tak mampu membungkam Andi. Dia bahkan menuding Sandiaga Uno sepakat bakal memberikan uang kepada PKS dan PAN sebesar Rp500 miliar agar Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut disetujui kedua partai mendampingi Prabowo menjadi cawapres.
Drama Jenderal Kardus dalam Pencapresan Prabowo-Sandi Sandiaga Uno digandeng sebagai cawapres Prabowo. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Upaya lobi dilakukan untuk merajut lagi koalisi dengan Demokrat yang di ambang kehancuran. Prabowo menyambangi kediaman SBY sehari setelah pernyataan keras Andi Arief. Namun tak ada kata sepakat usai pertemuan digelar.

SBY tak mengantar Prabowo saat Danjen Kopassus itu meninggalkan rumahnya.

Hingga detik-detik terakhir pendaftaran calon wakil presiden, konstelasi bursa cawapres Prabowo tak bergerak signifkan. Prabowo dan SBY kembali bertemu pada Kamis malam. Lagi-lagi, pertemuan tak membuahkan pernyataan bersama.

Sebaliknya, nama Sandi bukannya melemah justru kian kencang berembus. Sampai akhirnya Prabowo menegaskan pencalonan Sandi dalam deklarasi di Kertanegara, hanya sekitar dua jam setelah dia menemui SBY.

Keputusan Prabowo ini mendapat sambutan dari PKS. Namun tidak demikian dengan Demokrat. Lewat Wakil Sekjen Demokrat, Andi Arief, partai berlambang mercy itu menyatakan memutus koalisi dengan Gerindra di Pilpres 2019.

Kini Prabowo hampir dipastikan bakal bertarung tanpa Demokrat dan SBY. Sebuah pertarungan yang tampaknya akan sangat berat bagi Prabowo, meski memiliki pasokan logistik yang memadai dari cawapresnya, Sandiaga Uno. (wis/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER