Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mustafa Kamal mengaku tidak mempermasalahkan apabila Partai Demokrat hengkang dari koalisi pendukung Prabowo Subianto, dan menyeberang ke koalisi Joko Widodo.
Menurut Mustafa sebelum pasangan calon presiden dan wakil presiden benar-benar didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum, koalisi masih sangat cair.
"Dipersilahkan, jadi setiap partai politik, masih terbuka diberi kebebasan, bahkan sebenarnya sebelum betul betul didaftarkan ke KPU ya kita belum tahu apa yang akan terjadi," kata Mustafa, di Jakarta, Kamis (9/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Mustafa, hingga saat ini Partai Demokrat masih belum pasti membangun koalisi dengan PKS dan Partai Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai calon Presiden.
"Apalagi dengan Demokrat. Apakah akan betul betul membangun koalisi bersama, atau tidak, menit-menit ini sangat mentukan," kata Mustafa.
Demokrat berpotensi keluar dari koalisi Prabowo Subianto bersama Gerindra, PKS dan PAN yang menjadi partai terakhir yang resmi menyatakan dukungan ke Prabowo Subianto.
Politikus Partai Demokrat, Andi Arief sempat melontarkan pernyataan yang menyebut Prabowo sebagai Jenderal Kardus. Namun, Demokrat menyatakan pernyataan Andi Arief merupakan pernyataan pribadi dan bukan sikap Demokrat.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto juga menyatakan Demokrat masih berpeluang merapat dalam koalisi Jokowi-Ma'ruf. Mengingat pendaftaran baru dilakukan pada Jumat (9/8).
"Ya tentunya kan masih ada hari sampai besok," ujar Airlangga di Restoran Plataran, Jakarta.
Namun, Ketua Umum Partai Perindo mengatakan pintu koalisi pengusung Jokowi-Ma'ruf telah tertutup karena semua ketua umum parpol Koalisi Indonesia Kerja telah menandatangani surat dukungan untuk Jokowi.
(ugo)