Jakarta, CNN Indonesia -- Calon presiden nomor 02
Prabowo Subianto berjanji akan
menghentikan impor di bidang pangan hingga energi. Isu ini dinilai tak siginifikan meraih dukungan suara pada
pilpres 2019.
Kepala Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Kuskridho Ambardi menilai pernyataan Prabowo merupakan upayanya menarik simpatik masyarakat, namun tak akan berdampak signifikan pada perolehan suara.
Menurut dia, isu penghentian impor hanya menarik perhatian sebagian kalangan saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimanapun sentimen antiasing di Indonesia masih hidup, masih ada. Meskipun tidak semua masyarakat antiasing, tapi ini adalah isu seksi untuk dibicarakan," kata Kuskridho saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Selasa (6/11).
Dodi, sapaannya, menilai isu penghentian impor hanya menyentuh simpati masyarakat kalangan menengah.
Dia berpendapat isu yang lebih menarik simpatik masyarakat secara luas, termasuk kalangan bawah adalah terkait kesehatan, kesejahteraan, dan lapangan pekerjaan. Isu ini lebih mudah direspons karena berkaitan langsung dengan mereka.
Sedangkan masyarakat kalangan atas lebih menyoroti persoalan ekonomi dan peluang kerja sama atau bisnis.
"Impor hanya salah satu aspek yang tidak secara khsusus ada di benak pemilih pada umumnya," kata dia.
Meskipun isu penghentian impor menarik perhatian namun masih memunculkan keraguan. Prabowo tidak menjelaskan strategi ketika impor dihentikan, serta langkah yang dilakukan ketika menerapkan swasembada pangan.
 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Selain itu, penghentian impor juga akan berdampak pada masalah lain. Misalnya, kebijakan tersebut bisa menuai reaksi dari negara lain. Jika demikian, maka gejolak di dalam negeri menjadi persoalan lain yang juga perlu diantisipasi.
Kuskridho menilai kerja sama dengan negara lain tak bisa dihindari saat ini, termasuk melalui ekspor atau impor. Kegiatan ekspor dan impor juga menjadi salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan.
"Kalau impor disetop akan ada balas dendam dari negara lain untuk mengimpor dari kita juga. Nah, macet semua dong perdagangan," kata dia.
Karena itu, Kuskridho mengatakan meski isu penghentian impor terbilang isu yang relevan digulirkan dalam tahun politik namun bukan isu krusial yang akan mendapat banyak perhatian masyarakat.
"Isu ini tidak menyentuh seluruh masyarakat karena bicara penghentian impor akan ada sebagian kelompok masyarakat dirugikan, sebagian lagi akan diuntungkan," kata dia.
Tugas Berat Tim PrabowoPengamat komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai isu terkait penghentian impor yang telah digulirkan Prabowo menjadi pekerjaan rumah tambahan bagi Tim Pemenangan Nasional Prabow-Sandiaga.
Menurut dia, tim harus bisa menjelaskan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan swasembada pangan yang dimaksud Prabowo.
Jika tidak dilakukan, maka isu ini tidak akan menambah perolehan dukungan bagi Prabowo. Bahkan bisa jadi lebih buruk, lantaran menenggelamkan citra yang telah dibangun.
 Masyarakat akan menganggap angin lalu janji setop impor jika Prabowo tak realistis. (Dok. Ketua DPP Partai Gerindra, Setyoko) |
Tanpa penjelasan tahapan-tahapan yang akan ditempuh, masyarakat pun akan menilai isu tersebut seperti angin lalu.
"Tim kampanye harus menjelaskan program perencanaan dan pola pembangunan pertanian, apa yang akan dilakukan. Kalau tidak disampaikan, maka masyarakat akan meragukan itu," kata Emrus.
Menurut Emrus, pernyataan Prabowo soal penghentian impor terlalu dini disampaikan ke masyarakat. Seharusnya, kata dia, Prabowo menyampaikan ide-idenya perihal pengembangan potensi sumber daya yang ada.
Senada dengan Kuskridho, Emrus menilai ekspor-impor bukanlah hal mudah untuk dilepaskan dalam berkehidupan berbangsa.
Dia menilai, lebih realistis dan akan mudah dipahami masyarakat jika yang dilontarkan Prabowo adalah ide-ide pengembangan potensi yang ada.
"Semestinya yang dijelaskan bagaimana peta pembangunan pertanian kita di Indonesia, sehingga impor bisa dihentikan. Kalau langsung menyebut impor dihentikan, itu terlalu dini karena akan sulit. Andai impor dihentikan, lalu kita mau lakukan apa?" kata Emrus.
Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan janji Prabowo akan menyetop impor cukup realistis. Namuin dia tak menjelaskannya.
Dahnil justru menyebut janji Prabowo tidak seperti Jokowi yang tak masuk akal dan tak ditepati.
(fri/fhr/pmg)