Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil sekjen Partai Demokrat
Andi Arief menyebut
PDI Perjuangan masih menganggap pihaknya sebagai musuh politik hingga saat ini. Dia menyatakan hal itu setelah menyoroti perusakan terhadap spanduk penyambutan kedatangan
Susilo Bambang Yudhoyono dan bendera partai di Pekanbaru, Riau.
Andi mengatakan respon sejumlah elite Demokrat atas perusakan spanduk dan bendera tidak difaktori oleh rasa permusuhan dengan PDIP. Menurut Andi, justru sebaliknya.
"Kami tidak pernah menganggap PDIP sebagai musuh. PDIP yang masih anggap kami (red: Demokrat) musuh," tutur Andi kepada
CNNIndonesia.com, Senin (17/12).
Andi menganggap perusakan spanduk dan bendera Partai Demokrat adalah salah satu buktinya. Dia merasa Demokrat kerap diganggu oleh PDIP yang kini menjadi partai penguasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kami diganggu terus," tutur Andi.
Sebelumnya, spanduk penyambutan kedatangan SBY dan bendera Partai Demokrat di Pekanbaru, Riau, dirusak. Sejumlah elite Demokrat berturut-turut angkat suara. Tak terkecuali SBY dan putranya Agus Harimurti Yudhoyono.
 Bendera Demokrat dirusak.(Foto: Dok. Partai Demokrat) |
Andi Arief menyebut DPC Demokrat setempat telah menangkap pelaku. Berdasarkan pengakuan pelaku, Andi mengatakan perusakan dilakukan atas perintah pengurus PDIP.
Andi bahkan menyebut secara gamblang orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan pelaku. Mereka adalah kader PDIP di Riau.
"Pelaku perusakan mengaku disuruh Budi Yoto. Budi Yoto adik kandung Hendra caleg kota PDIP. Hendra supir dari Robin Hutagalung ketua DPC PDIP. Karena menyangkut PDIP, kita gak gegabah. Hubungan selama ini baik dan gak saling mengganggu. Kita serahkan polisi untuk kebenarannya," tutur Andi melalui akun twitternya @AndiArief_, Minggu (16/12).
Sejauh ini, kepolisian sudah menangkap terduga pelaku beserta bukti-bukti. Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan terduga pelaku ditangkap pada pukul 01.45 WIB, Sabtu (15/12).
Diketahui, PDIP dan Demokrat tidak pernah berada dalam satu koalisi. Saat SBY menjadi presiden, yakni 2004-2014, PDIP memilih untuk berada di posisi oposisi sepuluh tahun lamanya.
Pada Pilpres 2019, kedua parpol tersebut juga tidak berada dalam payung koalisi yang sama. Demokrat memilih untuk mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno daripada Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang diusung PDIP dan beberapa parpol lainnya.
(bmw/gil)