Diplomasi RI di Indo-Pasifik: Kerja Sama Harus Inklusif

Advertorial | CNN Indonesia
Jumat, 21 Des 2018 00:00 WIB
Negara-negara ASEAN terus berupaya mencapai pandangan bersama terkait konsep Indo-Pasifik.
(Foto: dok. Kemenlu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Negara-negara ASEAN terus berupaya mencapai pandangan bersama terkait konsep Indo-Pasifik. Termasuk Indonesia yang memandang kerja sama Indo-Pasifik harus inklusif, bukan didasarkan persepsi ancaman.

Sentralitas ASEAN dan mekanisme ASEAN, utamanya KTT Asia Timur (East Asia Summit/EAS), dinilai sebagai pijakan kokoh Indo-Pasifik. Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri RI, Siswo Pramono, menyampaikan pokok-pokok kajian yang telah dilaksanakan selama ini dalam talkshow Indonesia Forward di CNN Indonesia, Rabu, (19/12).

Adapun perbedaan perspektif Indonesia dengan perspektif yang lain adalah konsep Indonesia ini yang paling inklusif. Inklusifitas ini sejalan dengan sifat ASEAN yang "merangkul". Pasalnya, ada 10 negara dengan sistem politik yang berbeda-beda, tapi berhasil disatukan oleh common interest yang kuat.

Kepentingan bersama inilah yang membuat ASEAN bertahan dan sukses selama lebih dari 50 tahun. Perbedaan lain sebagaimana yang ditekankan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi adalah konsep Indonesia tersebut dibangun dengan semangat kerja sama, bukan persepsi ancaman.

Bagi Indonesia, pemilihan EAS sebagai salah satu platform dialog untuk mendiskusikan Indo-Pasifik adalah berdasarkan beberapa pertimbangan. Di antaranya adalah leaders-led forum yang memang dibentuk untuk membahas berbagai perkembangan strategis di kawasan.

Selain itu, perekonomian EAS juga sudah sangat interdependen. Terakhir, EAS sudah berkomitmen untuk bekerja sama berdasarkan Declaration of the East Asian Summit on the Principles for Mutually Beneficial Relations di Bali pada 2011 lalu.

Bagi Indonesia, kerja sama di Kawasan Indo-Pasifik perlu lebih difokuskan pada bidang maritim, konektivitas, dan SDGs. Tentu hal ini tidak membatasi peluang-peluang bagi kerja sama lainnya.

EAS dibentuk oleh ASEAN untuk bisa menggalang kerja sama dengan kekuatan besar dan menengah di kawasan, yaitu Amerika Serikat, Australia, India, Jepang, Korea Selatan, RRT, Rusia, dan Selandia Baru.

Dengan demikian, Kawasan Indo-Pasifik yang merupakan region yang sangat prospektif bisa selalu terjaga stabilitas politiknya. Jangan sampai terjadi power projection yang justru akan merongrong stabilitas kawasan.

Sebelumnya, pandangan Indonesia terhadap kawasan Indo-Pasifik telah dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo pada KTT ASEAN ke-32 pada April lalu dan lebih lanjut pada KTT Asia Timur (EAS) ke-13 pada November 2018. Diskursus mengenai Indo-Pasifik sudah berkembang di Indonesia sejak 2005 dan terus menguat, terutama pada 2013 hingga sekarang.

Tayangan Indonesia Forward dengan tema Diplomasi Indonesia di Kawasan Indo-Pasifik dapat disaksikan di bawah ini.

[Gambas:Youtube]

(adv/adv)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER