Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan
Tsunami BMKG Tiar Prasetya menyatakan sirene peringatan bencana di Selat Sunda bukan hanya milik
BMKG. Hal itu menanggapi sirene peringatan yang berbunyi di kawasan Labuan, Banten pascatsunami di Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam.
Ia berkata ada sejumlah instansi yang memiliki sirene di kawasan tersebut.
"Sirene itu ada dari beberapa macam. Dari kita dan instansi lain. Itu harus dibedakan," ujar Tiar di Kantor BMKG, Jakarta, Minggu (23/12).
Tiar mengatakan BMKG hanya memiliki tiga sirene yang ditempatkan di tiga wilayah berbeda di Banten, yakni di Labuan, Pasauran, dan Panimbang. Ketiga sirene itu, klaim dia, sama sekali tidak diaktifkan oleh BMKG.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan bukti bahwa ketiga sirene tersebut tidak diaktifkan terbaca dari log sirene yang dimiliki oleh BMKG.
"Sirene yang di kami, Labuan, Pasauran, Panimbang itu tidak diaktifkan. Jadi kalau tadi ada bunyi sirene harus dipastikan dahulu itu sirene punya BMKG atau sirene, namanya sama sirene tapi (pemiliknya) beda," ujarnya.
Lebih lanjut, Tiar menjelaskan sirene milik BMKG berbeda dengan sirene milik instansi lain. Sirene milik BMKG berbunyi statis dan dapat menjangkau dua kilometer. Prosedur aktivasi sirene BMKG, kata dia, juga tidak bisa dilakukan sembarangan, seperti hanya dengan menekan tombol.
"Itu bisa kita
remote atau pada saat manual pun ada beberapa tahapan sehingga sirene itu bisa nyala. Itu dalam rangka
secure, tidak sembarangan orang mengaktifkan sirene yang kita punya," ujar Tiar.
Di sisi lain, Tiar mengatakan kepemilikan sirene oleh isntasi lain dalam rangka pelengkap sirene yang dimiliki oleh BMKG. Ia berkata sirene di luar milik BMKG mempermudah memberi peringatan kepada masyarakat.
Namun, ia kembali mengatakan bunyi dan jangkauan sirene berbeda-beda.
"Ada beberapa lembaga
complement, contoh di Padang mereka mengadakan sirene menggunkan toa. Ini dalam rangka juga mempermudah
warning terhadap masyarakat. Tapi mungkin bunyi toa akan beda, radiusnya juga akan beda. Nah ini yang harus juga dipahami," ujarnya.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Rahmat Triyono menyatakan peringatan bencana tsunami bukan hanya dari BMKG. Ia berkata BMKG hanya mengeluarkan peringatan jika tsunami disebabkan oleh aktivitas seismik.
"Kecuali kalau memang dalam hal ini misalnya tiba-tiba ada tsunami atau air naik yang diakibatkan bukan oleh gempa bumi ya karena kami tidak memberikan
warning misalnya ada di pemerintah daerah sirenenya kemudian melihat sendiri bisa saja," ujar Rahmat.
(jps/dea)