Jakarta, CNN Indonesia -- Kerlap kerlip lampu disko menyorot sudut ruangan yang tak terjamah orang-orang. Sesekali sinar lampu mengenai lekuk tubuh para
wanita yang berlalu lalang. Beberapa di antara wanita itu menggandeng laki-laki, membuat suasana dalam ruang berpenerangan seadanya itu, terasa intim, Selasa dini hari (13/5).
Ramadan memang tak 'singgah' di ruang temaram di sebuah hotel yang berlokasi di bilangan Pasar Baru, Jakarta Pusat itu. Bisnis hiburan malam tetap berjalan seperti biasa.
Bartender masih melayani para tamu yang memesan beragam minuman keras.
Live music dari band pengiring mengalun keras. Suaranya bahkan terdengar sejak dari lobi hotel. Di sela jeda
live music, pengelola bar menghadirkan tari-tarian yang dibawakan beberapa wanita berpakaian minim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di halaman hotel, para satpam sibuk mengatur antrean kendaraan yang hendak parkir. Denyut nadi hiburan malam memang masih menggeliat. Kalaupun ada perbedaan antara hari-hari biasa dengan hari-hari di bulan Ramadan, itu hanya terletak pada waktu jam operasi.
Selama Ramadan ini hiburan hotel hanya beroperasi hingga tengah malam. "Cuma sampai jam 1 (malam) saja," kata seorang petugas keamanan di pintu kelab malam mengingatkan.
Suasana di dalam bar sendiri tidak seramai biasanya. Para wanita mendominasi ruangan berukuran cukup luas ketimbang para lelaki. Artinya, hanya sedikit tamu yang datang.
Sebagian wanita itu berlalu lalang. Tak sedikit yang duduk berjejer di sofa panjang. Gelak tawa nakal sesekali terdengar dari sofa panjang itu.
Mereka, para perempuan itu, adalah wanita penghibur. Mereka menawarkan jasa kencan singkat kepada tamu yang datang. Tarif dan proses transaksinya diperantarai oleh mami atau muncikari.
Alexa -bukan nama sebenarnya- mendampingi
CNNIndonesia.com selama berada di sana. Perempuan 22 tahun ini adalah salah satu wanita penghibur di bar tersebut.
Tangan Alexa mencekik sebotol bir dingin. Dengan rambut panjang tergerai, Alexa bercerita bahwa bulan puasa sedikit mempengaruhi jumlah tamu yang datang. Jadwal kencan jadi lebih sedikit. Ini berimbas pula pada pendapatan yang ia kantongi.
"Dapat sekali naik aja sudah bagus," kata dia.
Di hari biasa selain Ramadan, Alexa mengaku biasa melayani tiga teman kencan dalam semalam. Sebaliknya, selama Ramadan tak jarang ia pulang dengan tangan hampa alias tanpa bayaran kencan.
Ini adalah Ramadan kedua Alexa bekerja di hotel. Dia mengaku berasal dari Bandung. Alexa sengaja ke Jakarta dan menjalani pekerjaan yang sekarang karena tak punya banyak pilihan.
Hanya lulus SMA, Alexa mengaku tak punya keahlian tertentu. Dia memilih jadi wanita penghibur karena dianggap paling rasional. Dari pekerjaannya ini dia bisa memperoleh Rp3-10 juta dalam sebulan.
"Aku orangnya
gak suka ribet. Misal kerja di pabrik kita harus urus ini-itu, bayar uang ke orang
dalem. Ribet, deh. Uangnya pun
gak seberapa," tutur Alexa.
Ya, perkara uang memaksa Alexa rela jauh dari keluarga selama Ramadan. Berhenti bekerja berarti berhenti pasokan uang ke kantong, berhenti pula kiriman uang ke keluarganya di Bandung. Tanpa uang selama Ramadan juga berarti tanpa baju baru bagi keluarganya saat hari raya Idulfitri.
Hotel di Pasar Baru ini bukan satu-satunya yang tetap beroperasi selama Ramadan. Pengakuan Alexa, teman-temannya yang sama seperti dirinya juga tetap bekerja normal di tempat lain.
Pemprov DKI sendiri telah mengatur bahwa tempat hiburan malam tak boleh beroperasi selama Ramadan. Larangan itu tertera dalam surat edaran nomor 162/SE/2019 yang didasari oleh Peraturan Gubernur Nomor 18 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata.
Dalam surat edaran itu tempat hiburan malam seperti diskotek, rumah pijat, mandi uap, arena permainan ketangkasan manual, mekanik, dan elektronik untuk orang dewasa dilarang beroperasi sejak H-1 Ramadan hingga H+1 Idulfitri.
Kendati demikian, ada pengecualian yang diberikan untuk sejumlah tempat hiburan malam. Karaoke eksekutif dan pub boleh beroperasi pukul 20.30 WIB hingga 01.30 WIB, sementara karaoke keluarga pada pukul 14.00 WIB-02.00 WIB.
Diskotek pun masih diperkenankan beroperasi selama Ramadan dengan syarat menyatu dengan kawasan komersial dan area hotel minimal bintang empat serta tidak berdekatan dengan sekolah, permukiman warga, rumah ibadah, dan rumah sakit.
Marvin (29), seorang pengunjung kelab malam di Jakarta Pusat, tak risau dengan datangnya Ramadan. Ia tahu tempat langganannya masih boleh beroperasi meski hanya sampai pukul 01.00 dini hari.
Selain jam operasional, Marvin melihat tak ada perubahan layanan di kelab favoritnya. Penari seksi masih tampil di atas panggung. Para penari bahkan tak sungkan duduk di pangkuan para pengunjung. Minuman alkohol mengalir tanpa batas, tawaran untuk kencan semalam masih tetap dijajakan.
"Enggak masalah jam operasional dibatasi, setidaknya tempat saya enjoy masih buka," kata Marvin.
Memang, pengunjung di kelab kesukaan Marvin ini tergolong berkurang drastis ketimbang hari-hari biasa. Marvin berkata mereka yang absen di tempat hiburan malam mungkin lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga selama Ramadan. Berbeda dengannya yang masih lajang dan bebas keluyuran tengah malam.
"Banyak yang datang ke sini sudah berkeluarga. Jadi selama bulan puasa begini, walaupun kita tetap buka, mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga," kata Marvin menuturkan menutup pembicaraan dengan
CNNIndonesia.com.
[Gambas:Video CNN] (wis/dea)