Jakarta, CNN Indonesia -- Penyelenggaraan
Jakarta Fair alias Pekan Raya Jakarta (PRJ) dinilai punya kekurangan dalam hal harga tiket parkir yang terlalu mahal, fasilitas umum yang kurang, serta tak bebas asap rokok meski ada klaim ajang bertaraf internasional.
Jakarta Fair merupakan acara tahunan yang digelar di JiExpo Kemayoran. Pada tahun ini, acara yang diselenggarakan di area 125 ribu meter persegi dengan menghadirkan sekitar 2.500 eksibitor ini telah dimulai pada 22 Mei dan akan berakhir pada 30 Juni.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi dalam keterangan tertulisnya mengungkap berbagai catatan dari hasil kunjungannya ke Jakarta Fair. Menurut dia, Jakarta Fair yang juga terlibat dalam perayaan HUT ke-492 DKI Jakarta pada Sabtu (22/6) tidak nyaman buat pengunjung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal utama yang disoroti adalah kondisi parkiran. Tulus yang mengatakan pada Sabtu mengunjungi Jakarta Fair pukul 16.15, situasinya macet dan akhirnya bisa mendapatkan lokasi parkir satu jam kemudian.
Tarif parkir
flat Rp30 ribu per kendaraan dikatakan terlalu mahal. "Ini sama saja menjadikan kenaikan tiket masuk secara terselubung," ucapnya, dikutip dari Antara.
Menurut Tulus, tarif parkir ditambah tiket masuk Rp40 ribu per orang bikin pengunjung harus mengeluarkan biaya hingga Rp70 ribu. Masalahnya, kondisi parkir sangat tidak nyaman dan berdebu.
Tulus juga mengatakan manajemen seharusnya bisa menakar kapasitas maksimal area Jakarta Fair berikut parkirannya dan tak terus menerima pengunjung hingga bikin sesak area parkir.
Selain itu Tulus juga mengangkat tentang fasilitas umum yang dinilai kurang mewadahi, terutama terkait jumlah toilet dan musala. Penanda arah fasilitas itu juga dirasa minim.
"Jadi pengunjung harus mencari-cari petugas untuk bertanya, di mana keberadaan toilet dan musala. Selain itu terjadi antrian yang panjang di toilet perempuan. Di saat pengunjung membludak seperti itu, seharusnya disiapkan
portable toilet," katanya.
Terakhir, Tulus mengomentari tentang klaim Jakarta Fair yang berskala internasional namun masih banyak ditemukan orang merokok. Bukan hanya itu SPG (Sales Promotion Girl) rokok juga terpantau menjajakan dan mempromosikan rokok berbagai merek di lokasi.
Dia menyebut Jakarta Fair kalah dari pasar tradisional Bangkok, pasar Tjacucak, yang bebas asap rokok.
"Tidak ada orang merokok di pasar tersebut, apalagi ada SPG yang jualan rokok. Padahal area PRJ sebagai tempat umum adalah area KTR (Kawasan Tanpa Rokok)," ucap Tulus.
Pihak penyelenggara PRJ sendiri belum mengomentari kritik YLKI tersebut.
[Gambas:Video CNN] (fea)