Jakarta, CNN Indonesia -- Arkeolog senior Bambang Budi Utomo meminta video yang memuat pernyataan Budayawan Betawi
Ridwan Saidi bahwa Kerajaan
Sriwijaya fiktif di kanal YouTube dicabut agar tidak menjadi hoaks berkepanjangan.
"Saya sudah usulkan ke direktorat sejarah lebih baik video itu dicabut atau hapus saja dari Youtube untuk menyelamatkan masyarakat dari hoaks," kata dia, saat di Palembang, Sabtu (31/8) dikutip dari
Antara.
Menurut dia, langkah itu harus secepatnya diambil agar polemik 'Sriwijaya Fiktif' mereda dan tidak menjadi bola liar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, rendahnya literasi sejarah masyarakat Indonesia dikhawatirkan mempengaruhi pemahaman yang selama ini sudah diajarkan dan dibuktikan oleh para sejarawan serta arkeolog.
"Untuk masyarakat, jika ingin mencari tahu sejarah harus dipahami betul-betul, bandingkan pengetahuan yang baru dengan pemahaman yang sudah dimiliki, logikanya seperti apa kira-kira, jangan ditelan mentah-mentah," kata Bambang yang juga anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.
Bambang yang puluhan tahun meneliti Kerajaan Sriwijaya, mengusulkan agar pembahasan mengenai Kerajaan Sriwijaya diperkuat lagi melalui kurikulum sekolah khususnya ditingkat lokal Sumsel, selain untuk menjadi dasar pemahaman, Sriwijaya juga harus menjadi kebanggaan bagi warga Sumsel.
"Pertama Sriwijaya itu satu-satunya kerajaan yang punya akta kelahiran, lalu kedua Sriwijaya sudah memiliki aturan dalam menata kota, ada tamannya, ada tempat sucinya, artinya Sriwijaya itu sudah maju pada masanya, jadi orang Sumsel harus bangga," ucap dia.
Namun, tukasnya, jika memang Ridwan Saidi merasa penjelasannya benar maka ia memintanya menunjukkan bukti-bukti.
Mengenai ungkapan bajak laut yang dikatakan Ridwan Saidi, ia meluruskan pemahaman tersebut dengan menyebut yang dimaksud merupakan suku-suku laut zaman Sriwijaya.
"Zaman itu ada suku laut yang memang sering dimintai tolong untuk jadi bagian tentaranya Sriwijaya," demikian Bambang.
Sebelumnya, Ridwan mengklaim pernyataannya soal Sriwijaya ini bukan tanpa dasar. Ia mengatakan telah mempelajari prasasti-prasasti yang diklaim sebagai bukti kerajaan itu. Yakni, prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Igo, Talang Tuwo, dan Bukit Kapur.
"Keempat prasasti itu sama sekali tidak mendukung klaim mereka atas keberadaan Sriwijaya," ujar Ridwan kepada
CNNIndonesia.com.
(arh)