Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Persaudaraan Alumni
(PA) 212 Slamet Maarif mengatakan perwakilan massa aksi ditolak masuk ke Kedutaan Besar Republik Rakyat China (
Kedubes RRC) di Jakarta. Ia menyebut Kedubes China hanya berkenan menemui perwakilan massa aksi di luar kawasan kedutaan.
Sebelumnya, beberapa perwakilan massa aksi diundang bermediasi dengan Kedubes China. Salah satu penggawa perwakilan itu adalah Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama Yusuf Muhammad Martak.
"Tadi diinformasikan bahwa delegasi akan diterima. Setelah kami berjalan untuk bisa diterima, di tengah jalan informasinya berbeda. Bahwa negosiasi kita akan diterima perwakilan dari Dubes China. Tempatnya tidak di dalam Kedubes, tetapi di kantor sebelah. Terima atau tolak?" kata Slamet dari atas mobil komando.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Slamet mengajak massa aksi untuk bertahan hingga perwakilan diterima di Kedubes China. Bahkan Slamet memerintahkan massa aksi untuk tak bubar meski hujan lebat turun.
 Demo bela Uighur di depan Kedubes China. (CNN Indonesia/Dhio Faiz) |
Setelah itu, Slamet membacakan pernyataan sikap massa aksi. Massa aksi menegaskan mengutuk perlakuan China terhadap etnis Uighur di Xinjiang. Mereka meminta China berhenti melarang Uighur beribadah.
Mereka juga meminta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) membentuk tim investigasi untuk Uighur. Slamet juga menyerukan boikot produk China di Indonesia.
[Gambas:Video CNN]"Menyerukan rakyat Indonesia dan umat Islam khususnya untuk memboikot pembelian atau konsumsi dari China. Dan menarik simpanan dari China dan menghentikan proyek yang melibatkan China," tegasnya.
"Siap belanja di pasar-pasar tradisional?" teriaknya.
"Siap!" saut massa aksi.
(dhf/ain)