Jakarta, CNN Indonesia -- Penanganan virus
corona (Covid-19) terhadap WNI anak buah kapal World Dream dan Diamond Princess tak banyak menyorot keterlibatan
TNI. Padahal, sebagian besar tahapan penjemputan hingga observasi di Pulau Sebaru Kecil tak bisa dilepaskan dari keterlibatan prajurit.
Kegiatan observasi di Pulau Sebaru ini termasuk dalam operasi militer selain perang di bawah kendali utama dari Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Kogabwilhan I) Laksamana Madya TNI Yudo Margono, yang tergabung dalam KOGASGABPAD (Komando Tugas Gabungan Terpadu).
"Kita jumlahnya ratusanlah di sini untuk personel. Semua penyiapan dari tentara, yang suplai, yang melaksanakan tiap hari. Kemenkes juga
back up, untuk sebagian tenaga dokter, dan kesehatan sanitasi lingkungan," kata Komandan Batalyon Kesehatan 1 Marinir (Danyonkes 1 Mar) Letnan Kolonel Marinir Muhamad Arifin kepada CNNIndonesia.com, Minggu (8/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
TNI sudah dilibatkan secara langsung ketika pemerintah menjemput ratusan WNI dari Wuhan, China. Kala itu, pemerintah memutuskan untuk mengobservasi ratusan WNI di Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau.
Mau tak mau, TNI langsung menyulap hanggar menjadi tempat karantina atau observasi. Personel juga melakukan segala hal yang diperlukan guna menunjang proses observasi selama 14 hari.
TNI kembali dilibatkan secara langsung ketika pemerintah menjemput WNI anak buah kapal World Dream dan Diamond Princess dari Jepang. Mereka kemudian dikarantina di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta.
 TNI berada di garis depan penanganan virus corona sejak pemerintah menjemput ratusan WNI dari Wuhan, China (CNN Indonesia/Melani Putri) |
Menyiapkan Fasilitas KarantinaFasilitas di Pulau Sebaru Kecil sudah lama tak digunakan. Terbatas pula. Sekitar satu pekan sebelum ABK datang, personel TNI mulai menyiapkan pulau tersebut agar ideal digunakan sebagai tempat karantina.
Kesulitan yang dihadapi antara lain kurangnya air bersih dan instalasi listrik. Dengan demikian, para personel pun harus mengangkut genset yang dibawa dari luar pulau dan mendatangkan air melalui kapal tongkang.
"Kita yang di lapangan kerja mati-matian. Satgas, termasuk untuk mengurus sarana dan prasarana, dari TNI. Yang dari Jakarta di bawa ke sini, Yonkes Marinir, Nubika, Bekang AD. Di sini gabungan, totalnya ratusan jelas," imbuh Arifin.
Tak hanya itu, mereka juga harus memperbanyak toilet portable untuk kebutuhan ABK. Arifin mengungkapkan, Toilet tersebut dikirimkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, prajurit TNI lah yang merakit dan menyiapkan fasilitas karantina di pulau.
Tugas 24 JamRatusan satuan tugas lainnya yang didominasi prajurit TNI pun selalu berjaga 24 jam agar proses karantina terlaksana dengan efektif.
Setidaknya ada tiga kali pergantian giliran tugas dalam satu hari. Arifin pun menurunkan prajurit dari semua matra, yakni TNI AD, AL dan AU.
"Tiga kali
shift dalam satu hari. Kita kan enggak pernah tahu, takut ada sesuatu yang
urgent," kata dia.
Komunikasi secara dua arah pun dijalankan. Arifin menunjuk 3 orang sebagai komandan pleton (danton) yang bertugas sebagai koordinator ABK. Mereka diberikan Handy Talky (HT) untuk dapat berkomunikasi dengan petugas yang ada di zona berbeda.
"Jadi kendala-kendala apa yang di dalam, dimasukkan semua ke grup, HT juga. Jadi komunikasi dua arah kita sama mereka," ungkap Arifin.
Namun, dia mengungkapkan, kontak langsung antara peserta karantina dan personel sangat minim. Kontak langsung biasanya hanya dilakukan ketika pengecekan kesehatan.
[Gambas:Video CNN]Ketika waktu makan siang tiba, para personel meletakkan makanan yang telah dimasak oleh Batalon Perbekalan dan Angkutan di meja yang berada di zona merah (
red zone), tempat peserta karantina beraktivitas. Mereka kemudian memanggil peserta karantina lewat speaker atau HT untuk mengabarkan makanannya sudah dapat diambil.
Bahan-bahan segar pun didistribusikan ke Pulau Sebaru Kecil hampir setiap hari menggunakan landing craft unit (LCU). Sebelum itu, makanan dan bahan-bahan biasanya diangkut menggunakan KRI yang berukuran lebih besar.
Setelah makan siang, para ABK dibebaskan untuk melakukan berbagai aktivitas. Beberapa di antara mereka memilih untuk pergi ke pantai. Beberapa lainnya lebih senang berolahraga, seperti bermain voli atau ping pong.
Mereka juga tetap bisa menghabiskan waktu di dalam gedung dan menikmati fasilitas yang telah disiapkan, seperti permainan catur, kartu, domino, hingga karaoke.
Kegiatan tersebut tentunya tetap dipantau lewat CCTV oleh para personel.
"Sampai saat ini mereka ceria, gembira, semua termonitor. Alhamdulillah sehat-sehat semua."
(bmw/aal)