Kemenkes: Perbedaan Data Pusat-Daerah Tak Perlu Diperdebatkan

CNN Indonesia
Selasa, 28 Apr 2020 12:55 WIB
Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah Virus Corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020). RSHS menyiapkan ruangan inap khusus dengan lima tempat tidur serta Tim Dokter dan petugas medis khusus yang siap siaga jika ada pasien suspek atau terinfeksi Virus Corona. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/ama.
Foto ilustrasi. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Didik Budijanto menyebut tak ada yang perlu diperdebatkan mengenai perbedaan data korban virus corona antara pusat dan daerah.

Menurutnya, persoalan tersebut terjadi dalam wilayah teknis, terkait dengan pengintegrasian data mengenai update korban yang bersifat dinamis.

"Perbedaan data itu tidak perlu didebatkan kembali. Integrasi data sudah terjadi dan akan terus ditingkatkan kualitasnya," kata dia dalam jumpa pers di Graha BNPB, Selasa (28/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Didik menjelaskan, perbedaan data itu berawal karena proses cut of point time yang berbeda. Data pasien Covid-19 selalu disampaikan oleh Jubir Achmad Yurianto pada pukul 15.30 WIB setiap harinya, berdasarkan data 24 jam terakhir sampai pukul 12:00 WIB pada hari tersebut.
"Pada waktu itu data dinamik, terus bergerak," kata Didik.

Sumber data itu, kata dia, berasal dari Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Kemudian DPJP memberikan laporan medik pada Pelayanan Medik rumah sakit tempat DPJP bertugas. Data forensik tersebut dibawa ke laboratorium Litbangkes untuk dilakukan pengujian.

Setelah proses di badan Litbangkes, data dikirm ke public health emergency operation command (PHEOC) yang ada di Kemenkes.

"Di sana itu juga diverifikasi dan divalidasi," ucapnya.
Beberapa data juga diterima dari Dinas Kesehatan daerah. Terkait data yang berasal dari daerah, PHEOC di daerah juga melakukan proses validasi dan verifikasi sampai menghasilkan beberapa spesimen dengan hasil positif maupun negatif. Dinkes juga memberikan keterangan PDP dan ODP. Setelah tahap verifikasi dan validasi tersebut, data baru masuk ke pusat data.

"Nah di pusat data juga tidak sekadar menerima tapi memvalidasi juga supaya betul-betul clear," ucapnya.

Setelah melalui proses panjang tersebut, maka Jubir baru menyampaikan update data dalam 24 jam. Terkait sejumlah persoalan dalam perbedaan datanya, ia memastikan akan terus dilakukan peningkatan akurasi.

"Kata saya tidak ada kata terlambat untuk terus tangani sesuatu kebaikan. Integrasi data sangat dibutuhkan," kata Didik.

Diketahui, hingga Senin (28/4), jumlah pasien positif covid-19 di Indonesia mencapai 9.096 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 1.151 orang dinyatakan sembuh dan 765 orang meninggal dunia.

Sementara untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) tercatat ada 210.199 orang dan 19.987 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) terkait covid-19 di Indonesia.

Kemenkes juga merinci data tersebut untuk setiap daerah. Namun terkadang angka yang disajikan berbeda dengan yang dimiliki daerah. 

Data kasus positif untuk DKI Jakarta misalnya. Data kemenkes terbaru tercatat ada 3.798 kasus positif dan 353 meningggal. Namun data terbaru DKI Jakarta mencatat ada 3.950 kasus positif dan 379 orang meninggal.

(tst/mln/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER