Buronan pembobol kredit BNI Rp1,7 Triliun, Maria Pauline Lumowa sampai di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Maria terlihat dikawal Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang memimpin delegasi tim penjemputan ektradisinya ke Serbia.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, rombongan penjemput Maria sampai di Jakarta sekitar pukul 11.00 WIB. Mereka datang dengan pesawat GA 9790.
Maria tampak tertunduk lesu mengenakan rompi tahanan berwarna oranye saat mendarat di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Yasonna, ia terlihat didampingi sejumlah nama, seperti Dirjen Administrasi Hukum Umum Kemenkumham Cahyo Rahardian Muhzar, dan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen Napoleon Bonaparte.
Maria dijemput tim gabungan dari Serbia. Proses ekstradisi ini menjadi akhir dari jalan panjang Indonesia memburu Maria dalam kasus pembobolan kredit BNI senilai 1,7 triliun.
Kasus bermula pada tahun 2002 saat Maria mengajukan pinjaman ke BNI untuk PT Gramarindo Group. Pinjaman itu menimbulkan kecurigaan dari PT BNI karena melibatkan beberapa bank yang bukan rekanan mereka.
Pada 2003, BNI menggelar investigasi yang hasilnya perusahaan tersebut tak pernah melakukan ekspor. Kasus dilaporkan ke Mabes Polri dan Maria ditetapkan tersangka.
Namun Maria tak berhasil diringkus saat itu. Sebab ia telah pergi ke Singapura sejak September 2003. Maria pun dikabarkan sempat pergi ke Belanda.
Indonesia pernah mengajukan permohonan ekstradisi ke Belanda pada 2010 dan 2014. Namun Belanda menolak karena Maria adalah warga negara mereka.
Lalu pada tahun lalu Maria diringkus otoritas Serbia. Penangkapan itu berujung pada ekstradisi Maria. Menkumham Yasonna Laoly bilang jasa Indonesia menangkap buronan mereka, Nikolo Iliev.
"Ekstradisi Maria Pauline Lumowa tak lepas pula dari asas resiprositas (timbal balik). Sebelumnya, Indonesia sempat mengabulkan permintaan Serbia untuk mengekstradisi pelaku pencurian data nasabah Nikolo Iliev pada 2015," kata Yasonna dalam keterangan tertulis, Kamis (9/7).
(dhf/kid)