Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan 27 kabupaten/kota di wilayahnya Siaga 1 bencana alam akibat fenomena La Nina selama setidaknya enam bulan ke depan, yakni November 2020 hingga Mei 2021.
"Potensi badai La Nina yang akan hadir membawa dampak naiknya gelombang laut sehingga potensi tsunami, banjir dan lain-lain harus disikapi dengan Siaga I," kata dia, dalam apel kesiapsiagaan yang melibatkan gabungan unsur BPBD, SAR, TNI, Polri, dan relawan di depan Gedung Sate, Bandung, Rabu (4/11).
Menurut Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, penetapan waktu status Siaga 1 ini berbanding lurus dengan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi hampir setengah tahun atau enam bulan ke depan. Kesiapsiagaannya air, cuaca, dan dari BMKG musim hujan dimulai Oktober, ditambah ada potensi La Nina. Kita siaga dalam dua bulan di tahun 2020 dan empat bulan di 2021," bebernya.
Ia pun memeriksa sejumlah peralatan dan teknologi yang akan digunakan untuk menghadapi bencana hidrometeorologi tersebut, baik peralatan saat penanggulangan bencana maupun untuk pemulihan pasca bencana.
"Jadi pagi hari melakukan apel siaga terkait kebencanaan, khususnya hidrometeorologi yang berhubungan dengan kebencanaan oleh air dan perubahan iklim," ujar dia.
Dalam kesiapsiagaan ini, Emil juga meminta agar 27 kabupaten/kota di Jawa Barat untuk mewaspadai tingkat kebencanaan, terutama di momen pergantian tahun.
Ia mencontohkan banjir besar di Jabodetabek dan sejumlah wilayah di Bandung raya pada jelang pergantian tahun 2020.
"Kita coba mitigasi, dan mudah-mudahan di awal tahun ini tidak terjadi dan berkurang potensi kebencanaan, dengan semua ini kita siapkan dan bersiaga," ucapnya.
Emil menambahkan apel siaga ini dilakukan di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat dengan dipimpin oleh kepala daerah masing-masing untuk menandakan kewaspadaan dan kesiapan peralatan.
"Mulai dari teknologi mencari korban bencana, teknologi mengobati dan membedah orang yang terkena bencana, dapur umum dan alat-alat canggih yang bisa mengubah air kotor menjadi air layak minum, ada juga drone untuk pencarian di air atau laut yang bisa diatur remote," katanya.
Emil pun meminta simulasi penyelamatan tsunami dilakukan di wilayah pantai selatan dan penanaman 50 juta pohon di wilayah hulu dan hilir.
"Penanaman sedang berlangsung, tapi di akhir tahun dimaksimalkan di daerah yang kritis atau ada potensi air berlebih ke daerah-daerah di hilir," tuturnya.
Diketahui, peringatan dini bencana terdiri dari empat level. Yakni, Normal, Waspada, Siaga, Awas. Level Siaga sendiri memiliki empat tingkatan, dengan makin kecil angkanya makin tinggi kesiagaannya.
(hyg/arh)