Mahasiswa yang tergabung dalam Badam Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia mendatangi Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/11). Mereka menyampaikan penolakan terhadap UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Tujuh orang perwakilan BEM Muhammadiyah diperbolehkan masuk ke Istana. Namun, mereka hanya bertemu Staf Khusus Presiden dari kalangan milenial, Aminuddin Maruf.
"Tadi disambut baik staf pemerintah, Mas Aminuddin Maruf. (Aminuddin menyampaikan) bahwa kita tidak ada halangan aksi dan lain-lain, bahwa kita harus menyampaikan aspirasi sopan dan santun," kata Koordinator Pusat Presidium BEM Muhammadiyah Nur Eko Suwardana, Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko menyampaikan sebenarnya langkah mendatangi Istana dilakukan sebagai upaya dialogis. Mahasiswa Muhammadiyah membuka dialog dengan pemerintah pusat ihwal tuntutan mencabut UU Cipta Kerja.
Dia menuturkan upaya ini ditempuh karena unjuk rasa di berbagai daerah terus berlanjut. Namun, Presiden Jokowi belum terlihat mendengarkan suara mahasiswa.
"Seolah-olah aspirasi mahasiswa tidak didengar. Pada kesempatan ini, kita dari BEM Perguruan Tinggi Muhammadiyah menyampaikan kepada pemerintah pusat," ujarnya.
Eko memastikan pergerakan mahasiswa tetap berlanjut usai pertemuan di Istana. Mereka tetap akan turun ke jalan untuk menuntut UU Cipta Kerja dicabut.
![]() |
Pada saat yang sama, Stafsus Presiden Aminuddin Maruf mengapresiasi langkah mahasiswa. Dia menyambut baik upaya para mahasiswa membuka pintu dialog.
"Intinya kami menerima dengan terbuka masukan, saran, kritik terhadap UU Cipta Kerja ini," ucap Aminuddin.
"Nanti akan saya teruskan kepada Bapak Presiden," tambahnya.
Sebelumnya, gelombang aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja bergulir sejak Senin (5/10). Demonstrasi digelar di berbagai daerah usai DPR dan pemerintah sepakat mengesahkan RUU itu.
Aksi juga digelar di sekitar Istana Negara, Jakarta. Namun mahasiswa yang berkali-kali turun ke jalan gagal menembus depan Istana. Mereka selalu diadang di kawasan Patung Kuda, Gambir, ataupun Harmoni oleh kepolisian bersenjata lengkap.
(dhf/pmg)