Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan perizinan untuk membuka sekolah dengan proses belajar tatap muka berpotensi menambah kasus Covid-19 hingga memunculkan klaster sekolah.
"Tentu berisiko terjadinya lonjakan kasus, klaster sekolah dan keluarga, tapi lonjakan ini hanya terlihat kalau jumlah testing dilakukan secara masif," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (20/11).
Windhu menekankan protokol kesehatan yang diharapkan dapat diimplementasikan di sekolah belum cukup untuk mencegah penularan Covid-19 akibat pembukaan aktivitas belajar mengajar secara tatap muka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia ada potensi penularan di luar sekolah, namun bisa terjadi sebagai imbas dari kebijakan pembukaan sekolah ini. Seperti saat siswa atau tenaga pengajar melakukan perjalanan ke sekolah dan perjalanan pulang ke rumah.
"Persoalannya bukan hanya di sekolah, tapi bagaimana pengawasan di perjalanan selama berangkat sekolah dan pulang sekolah? Disiplin protokol kesehatan memang bisa diawasi oleh pihak sekolah, tapi pihak mana yang mengawasi di perjalanan, padahal risiko penularan juga tinggi," tuturnya.
"Selama risiko penularan Covid-19 masih tinggi, semestinya pembukaan sekolah ini ditunda," ucap Windhu.
Ia juga menilai pemberian izin pada pemerintah daerah untuk membuka sekolah tatap muka merupakan bukti bahwa pemerintah mengesampingkan faktor kesehatan masyarakat pada masa pandemi.
Menurut Windhu semestinya pembukaan kegiatan apapun pada masa pandemi harus melihat pada faktor-faktor epidemiologi di suatu daerah.
Dalam ilmu epidemiologi, jika daerah tersebut menunjukkan tingkat risiko penularan tinggi, maka harus dilakukan pembatasan aktivitas masyarakat.
"Ini yang menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah memang tidak konsisten dan tidak berbasis pada kesehatan masyarakat, seharusnya pertimbangan pembukaan kegiatan apa pun yang memungkinkan kontak antar warga, termasuk siswa sekolah, didasarkan atas kondisi epidemiologi," kata Windhu.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim telah mengizinkan pemerintah daerah untuk memutuskan pembukaan sekolah atau kegiatan belajar tatap muka di sekolah di seluruh zona risiko virus corona mulai Januari 2021.
Keputusan pembukaan sekolah ini akan diberikan kepada 3 pihak, yaitu pemerintah daerah, kantor wilayah, dan orang tua murid melalui komite sekolah.
Sebelumnya kegiatan sekolah tatap muka hanya diizinkan pada zona kuning dan zona hijau Covid-19. Sejak Agustus lalu kegiatan belajar mengajar di zona merah atau oranye dilakukan secara daring.
(mln/fea)