Setara Institute menyebut kelompok yang melakukan aksi pembunuhan terhadap 4 warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah adalah Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora yang belum berhasil ditumpas Satgas Tinombala. Setara mengutuk tindakan teror tersebut.
"Dalam analisis SETARA Institute, tindak kekerasan bersenjata secara sadis tersebut diduga dilakukan oleh MIT Poso, sisa-sisa kelompok Santoso yang belum berhasil diringkus Satgas Operasi Tinombala," mengutip siaran pers Setara Institute, Sabtu (28/11).
Setara menilai tempat kejadian perkara kasus pembunuhan itu masih dalam ruang lingkup teritori kekuasaan MIT Poso.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tak sedikit anggotanya yang sudah ditangkap aparat, MIT Poso masih melancarkan aksi teror.
"Kabupaten Sigi sendiri secara geografis berada di antara Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong yang selama ini dianggap sebagai teritori MIT Poso," ucap dia.
Setara meminta Satgas Tinombala memaksimalkan masa operasinya hingga 31 Desember nanti dengan menangkap belasan anggota MIT Poso yang masih buron dan berkeliaran di sekitar hutan dan pegunungan.
Menurutnya, sejak pimpinan Santoso tewas dan Basri tertangkap pada 2016, Ali Kalora tak pernah dapat tersentuh aparat. Diketahui, Ali Kalora menggantikan posisi Santoso sebagai pimpinan MIT Poso.
Setara juga menyerukan kepada pimpinan agama untuk mengutuk aksi teror Ali Kalora cs. Setara menegaskan bahwa ekstremisme yang berujung terorisme sama sekali tidak berkaitan dengan ajaran.
"Terorisme dan ekstremisme-kekerasan tidak mengenal agama. Oleh karena itu, SETARA Institute mendorong tokoh lintas agama untuk sama-sama mengutuk kekerasan yang digunakan oleh kelompok tertentu atas nama agama," ujar dia.
Sebelumnya, empat orang warga Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah dibunuh oleh kelompok teroris pimpinan Ali Kalora. Tujuh rumah dibakar, salah satunya yang biasa dijadikan tempat ibadah umat Nasrani.
Insiden nahas itu terjadi pada Jumat (27/11) pagi. Polisi menyatakan tindakan tersebut bertujuan untuk menyebarkan teror di masyarakat. Para korban bahkan sempat disandera oleh pelaku.
"Jadi mereka kadang-kadang suka melakukan aksi secara acak. Namanya teroris, jadi melakukan tindakan teror untuk menakut-nakuti masyarakat," kata Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Didik Suparnoto saat dikonfirmasi, Sabtu (28/11).
(mjo/bmw)