Saya tak sengaja bertemu dengan seekor anjing jenis Border Collie campuran berwarna hitam putih pada Minggu malam di akhir Agustus lalu. Dia meringkuk di bawah meja dalam sebuah gudang bekas di Rawamangun, Jakarta Timur. Ada garis bekas luka di bagian kanan wajahnya. Kaki kiri belakang juga pincang. Kemungkinan bekas kena pukul.
Penjaga parkir sekitar bilang anjing tersebut sesekali keluar untuk cari makan. Setelah diberi makan sate dari warung angkringan, anjing itu manut dibawa ke rumah teman super dekat untuk ditampung sementara. Keesokan harinya, dia diobati dan divaksin.
Kami beri nama dia: Sunday.
Empat bulan berlalu, codet di wajahnya memudar. Kaki kiri belakang yang pincang telah sembuh. Kini dia lari lebih kencang dan bikin saya tergopoh-gopoh. Kadang Sunday menerobos rerumputan atau mencium-cium pohon sebelum pipis. Kadang dia menyeret saya ke tempat kawannya, Kimmy—seekor anjing manis lainnya di balik pagar gereja di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Tetapi, cerita buruk soal anjing macam Sunday bukanlah barang baru.