Mantan kader Partai Demokrat, Ferdinand Hutahean mengaku tak percaya bila Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko bertindak bodoh dengan melancarkan kudeta untuk merebut tampuk pimpinan Partai Demokrat.
Dia yang pernah ada di DPP Demokrat sebagai Ketua Bidang Hukum dan Advokasi itu mengaku tak percaya pada tudingan politik dari pihak AHY terhadap Moeldoko sebagai pelaku kudeta, juga restu dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
"Saya tak percaya Moeldoko terlibat apalagi katanya Jokowi sudah restu dan setuju. Bagi saya ini dugaan dan tuduhan politik yang berlebihan," kata Ferdinand dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (2/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ferdinand, Moeldoko tak memiliki karakter untuk melakukan kudeta terhadap Demokrat. Ia menyatakan latar belakang Moeldoko sebagai pensiunan jenderal TNI yang kenyang pengalaman sosial politik tak mungkin bertindak bodoh semacam itu.
"Kesimpulan saya, saya tak percaya Moeldoko terlibat apalagi menjadi sponsor sebuah kudeta yang tak mungkin terjadi," kata pria yang juga dikenal sempat menjadi Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 sebelum memutuskan mundur, sementara Demokrat masih tetap di koalisi tersebut.
Menurut Ferdinand, Moeldoko pasti mengetahui proses ambil alih partai yang pengurusnya sudah sah sesuai Surat Keputusan (SK) Kemenkumham tidaklah mudah. Proses itu, kata dia, harus melalui sebuah Kongres Luar Biasa (KLB). Apalagi, sambungnya, mekanisme KLB harus didukung dua per tiga pengurus secara nasional.
"Nah ini pasti bisa dibaca oleh Moeldoko bahwa nama-nama yang disebut 5 orang kader dan mantan kader itu tak akan sanggup menggerakkan 2/3 pengurus untuk KLB," kata Ferdinand.
Di sisi lain, Ferdinand mengaku heran dengan Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang reaksioner dalam merespons gerakan kecil ancaman kudeta itu. Menurutnya, gerakan kecil itu hanya sekadar bisa omong tanpa banyak tindakan berarti.
"Tak layak ditanggapi sedemikian rupa karena gerakan itu adalah gerakan lama yang hanya bisa cuap-cuap," kata pria yang keluar dari Demokrat pada Oktober 2020 tersebut.
Ferdinand sendiri, sebelum keluar dari partai tersebut tahun lalu diketahui tak masuk dalam kepengurusan pusat Demokrat di bawah kepemimpinan AHY yang menggantikan ketua umum sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sebelumnya, AHY menduga ada manuver politik yang dilakukan pejabat lingkaran kekuasaan Jokowi untuk ambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara inkonstitusional. Ia mengaku telah mendapatkan informasi dari banyak pihak tentang manuver kudeta itu.
Menurutnya, ada beberapa pihak yang berstatus sebagai kader, eks kader, hingga pejabat pemerintah yang diduga pelaku kudeta tersebut. Politikus Partai Demokrat Andi Arief menuding salah satu pejabat yang menjadi pelakunya adalah Moledoko.
Moeldoko sudah membantah tudingan jika ia merancang aksi kudeta kepemimpinan AHY di Demokrat.
"Kalau ada istilah kudeta itu, ya kudeta itu dari dalam termasuk dari rumah," kata mantan Panglima TNI itu kemarin.