Isu Kudeta Partai Demokrat, Moeldoko Akui Masih Hormati SBY

Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko mengaku tetap menghormati Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meski sempat terseret polemik kudeta kepemimpinan Partai Demokrat.

"Beliau pernah [menjadi] atasan saya, senior saya yang saya hormati. Saya respect kepada beliau. Jadi enggak ada yang berubah," kata dia, di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/2).

Hal itu dikatakannya saat ditanya soal pertemuan dengan SBY dan AHY pasca-Pilkada 2020 dalam konteks isu kudeta Partai Demokrat.

Moeldoko diketahui memang dikenal dekat dengan SBY. Pada Mei 2013, SBY menunjuk Moeldoko menempati posisi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan adik iparnya, Pramono Edhie Wibowo yang memasuki masa pensiun.

Tiga bulan berselang, SBY mengajukan nama Moeldoko sebagai calon Panglima TNI ke DPR untuk menggantikan Agus Suhartono yang memasuki masa pensiun.

Di militer, SBY juga diketahui merupakan senior Moeldoko. SBY merupakan lulusan Akabri 1973, Sementara Moeldoko lulusan tahun 1981.

Kini hubungan keduanya menjadi sorotan setelah putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang juga Ketua Umum Partai Demokrat menuding ada salah satu pejabat petinggi pemerintahan berupaya mengkudeta pucuk pimpinan partai berlambang bintang mercy tersebut.

AHY memang tidak menyebut langsung nama Moeldoko. Namun, nama Moeldoko disebut oleh sejumlah kader partai Demokrat.

Moeldoko telah membantah tudingan upaya kudeta tersebut. Namun, ia tak menampik jika sempat bertemu dengan sejumlah kader Demokrat.

Dalam pertemuan itu, Moeldoko mengaku hanya mendengar cerita dari para kader terkait masalah internal di tubuh Partai Demokrat.

Moeldoko dalam kesempatan itu juga belum berencana bertemu dengan SBY maupun AHY pascapolemik kudeta tersebut. Ia juga menegaskan tidak ada masalah antara dirinya dengan SBY maupun AHY.

"Saya enggak ngerti ya, menurut saya sih enggak ada apa-apa. Bagi saya sih enggak ada apa-apa," ujarnya.