Kutu Air dan Maryamah, Saksi Banjir Kedoya Utara Sejak 1982

CNN Indonesia
Rabu, 17 Feb 2021 07:40 WIB
Maryamah, warga Kedoya Utara, sudah terbiasa dengan kutu air di kakinya saban musim banjir. Menurutnya, banjir musiman di Kedoya Utara terjadi sejak 1982.
Banjir yang menggenang di wilayah Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat usai hujan deras sejak dini hari, Selasa (16/2/2021). (CNN Indonesia/Yulia Adiningsih)
Jakarta, CNN Indonesia --

"Banjir... banjir.. di sini banjir!"

Maryamah, warga RT03/01 Kelurahan Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat memberi kabar kepada anaknya di Palembang, Sumatera Selatan lewat fasilitas telepon video, Selasa (16/2).

Sudah sepekan terakhir ini wanita berusia menjelang 50 tahun ini menyaksikan luapan air di lingkungan rumahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat CNNIndonesia.com berkunjung, Maryamah mengaku kali itu sedikit beruntung, sebab rumahnya tak ikut dimasuki banjir. Ia sengaja membuat rumahnya lebih tinggi dari rumah warga yang lain.

"Lihat tuh kalau TK udah kelelep," katanya sambil menunjuk sebuah sekolah agama yang persis berada di depan rumahnya.

Meski begitu, banjir tetap menghambat aktivitas sehari-hari. Contohnya, pada Selasa pagi itu, dengan kaki terendam air,ia dan keluarganya harus menyelamatkan barang dagangannya. Penggorengan, kompor dan bahan-bahan makanan untuk berjualan semuanya dipindahkan ke meja yang lebih tinggi.

Sehari-hari Maryamah berjualan di depan rumahnya. Namun, sudah seminggu ia harus tutup lebih awal lantaran banjir.

"Mau dagang ini malah banjir. Ini baru mulai tapi dari kemaren hujan mulu," ucapnya.

Jika banjir parah, kata Maryamah, ia terpaksa harus mengungsi ke lantai dua Madrasah Diniyah Takmaliyah Mutiara Ima yang berada persis di depan rumahnya tersebut.

"Kalau orang enak ke lantai dua, kalau kita ke atas sana [menunjuk lantai dua madrasah]," ujarnya.

Meski begitu, ia mengaku sudah terbiasa dengan banjir, termasuk dengan dampaknya.

"Saya memang tinggal di sini dari kecil tapi kebanjiran mulu. Tiap hujan banjir, tiap hujan banjir. Liat nih, sampai kaki saya begini kena kutu air," Maryamah bercerita soal daerah tersebut yang menjadi langganan banjir.

Maryamah warga kedoya utara, Jakbar, yang mengaku daerah rumahnya sudah biasa jadi langganan banjir, 16 Februari 2021. (CNNIndonesia/Yulia Adiningsih)Maryamah warga Kedoya Utara, Jakbar, yang mengaku daerah rumahnya sudah biasa jadi langganan banjir, Jakarta, 16 Februari 2021. (CNNIndonesia/Yulia Adiningsih)

Tak jauh berbeda dengan Maryamah, warga RT 02 RW 01KedoyaUtara, Jayadi (60) juga mengaku sudah akrab dengan banjir.

"Kalau untuk warga sini udah enggak aneh. Karena udah tahu, kalau ujan pasti banjir," ucap Jayadi.

Jayadi lahir dan besar di Kedoya Utara. Oleh karena itu, dia pun mengaku tahu persis perkembangan banjir dari tahun ke tahun.

Menurutnya, banjir di Kedoya Utara menjadi parah justru sejak 1982, setelah ada Kali Sekretaris (Pesing).

"Kalau dulu daratan ini bukan kali. Pas tahun 1982 itu setelah ada kali banjirnya parah," ucapnya.

Terakhir, kata dia, banjir terparah terjadi tahun 2020. Air setinggi satu meter menggenangi rumahnya. Perabotan yang ada di rumahnya terpaksa dibuang akibat terendam banjir.

Namun kali ini, kata dia, banjir bisa dikatakan sudah tidak terlalu parah sejak ada pompa air di Rumah Pompa Kedoya Taman Ratu. Melalui pompa itu, air hujan yang meluap disedot lalu dibuang ke Kali Sekretaris.

Hasilnya, menurut dia banjir yang biasanya sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu baru surut, sekarang hanya hitungan jam.

"Sekarang sih banjirnya enggak terlalu parah. Enggak banjir terus-terusan. Misalnya jam 10 pagi banjir nanti jam 2 siang udah kering," katanya.

Jayadi, 60, warga kedoya utara, Jakbar, yang mengaku daerah rumahnya sudah biasa jadi langganan banjir, 16 Februari 2021. (CNNIndonesia/Yulia Adiningsih)Jayadi, 60, warga Kedoya Utara, Jakbar, yang mengaku daerah rumahnya sudah biasa jadi langganan banjir, Jakarta, 16 Februari 2021. (CNNIndonesia/Yulia Adiningsih)

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memang mengatakan banjir di wilayah tersebut bisa surut dalam hitungan enam jam. Itu semua, kata Anies, berkat kerja keras Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI.

"Alhamdulillah, kita sama-sama rasakan hasilnya pada minggu lalu ketika hujan deras (7/2), Duri Kepa memang sempat tergenang tapi berkat kerja cepat jajaran Dinas SDA dapat surut dalam waktu kurang dari enam jam," kata Anies saat mengecek Rumah Pompa Kedoya Taman Ratu, Senin (15/2).

Anies pun meminta warga untuk melaporkan ke Pemprov bila menemukan genangan banjir dan saluran yang tersumbat di daerah tempat tinggal. Dengan begitu, kata dia, Pemprov bisa lebih cepat dalam melakukan penanganan.

Diketahui, akibat hujan yang mengguyur DKI pada Minggu (7/2) malam, sejumlah daerah terdampak banjir.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat setidaknya ada 150 RT terdampak banjir dengan pengungsi total sekitar 1.029 orang mengungsi.

Dalam beberapa kesempatan, Anies memang kerap menyatakan bahwa Pemprov DKI menargetkan agar setiap genangan akibat hujan deras bisa surut dalam enam jam.

(yla/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER