Ketua Rukun Warga 06 Kelurahan Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Syarifuddin mengatakan banjir merendam sejumlah rumah yang dihuni 701 kepala keluarga (KK) di wilayahnya sejak Sabtu (20/2) dini hari.
Syarifuddin menyatakan banjir kali ini menjadi yang terparah, bahkan dibanding awal 2020 lalu, saat sebagian besar wilayah Jabodetabek tenggelam.
"Dan ini yang terparah. Terparah ini. Awal 2020 enggak terlalu," kata Syarif kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (20/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia merinci total 701 keluarga yang terdampak banjir tersebut tersebar di 13 RT dari total 15 RT di RW 06, Kelurahan Jatipadang. Menurut Syarif, banjir kali ini disebabkan karena kiriman air dari Kali Baru, Depok dan Tanggul Setu Babakan yang dibuka.
Kondisi itu, menurut dia, bertambah parah akibat curah hujan yang tinggi sejak beberapa hari terakhir terutama pada Jumat (19/2) malam.
"Kemungkinan karena curah hujan di Depok deres, ya, bendungan yang di Setu [Babakan] dibuka. Ditambah, hujannya luar biasa gede," kata dia.
Syarif mengatakan ketinggian air sempat mencapai puncak pada Sabtu (20/2) pagi hingga ketinggian hampir dua meter dan menenggelamkan sebagian besar rumah warga.
Hingga saat ini, katanya, ketinggian air relatif mulai turun meski belum sepenuhnya surut. Namun, Syarif mengingatkan banjir akan kembali naik jika hujan terus turun dalam waktu dekat.
"Semalam, jam 01.00 malam, itu sudah mulai tingginya langsung aja dia, enggak basa-basi lagi. Langsung tinggi dia," ujarnya.
Syarif mengatakan sebagian besar warga korban banjir saat ini tersebar di lima titik pengungsian tak jauh dari lokasi. Mereka umummya berada di masjid dan musala.
Banjir Jatipadang sebelumnya telah menewaskan seorang warga berusia 67 tahun. Sutarmo, nama warga tersebut ditemukan tewas tergenang di atas banjir di kediamannya sekitar pukul 07.00 WIB.
Syarif menduga Sutarmo tewas akibat tenggelam dan terlambat menerima pertolongan pertama, akibat terkunci di dalam rumah.