IDI Waspadai Varian Corona N439K, Tersebar di 30 Negara

CNN Indonesia
Rabu, 10 Mar 2021 18:03 WIB
Varian corona N439K disinyalir lebih 'pintar' karena penularannya bisa terjadi hanya dengan bernapas atau berbicara.
Ilustrasi Varian corona N439K yang sudah tersebar di 30 negara ini disinyalir lebih 'pintar' karena penularannya bisa terjadi hanya dengan bernapas atau berbicara. Foto: iStock/bgblue
Jakarta, CNN Indonesia --

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau masyarakat mewaspadai adanya mutasi virus corona baru, yakni Varian N439K yang kini sudah ditemukan di lebih dari 30 negara. IDI mengatakan varian ini lebih 'pintar' dari varian corona lainnya.

"Varian N439K ini yang sudah (ditemukan) lebih di 30 negara ternyata lebih 'smart' dari varian sebelumnya, karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," tutur Ketua Umum IDI Daeng M. Faqih melalui keterangan tertulis, Rabu (10/3).

Daeng menyoroti penularan virus yang bisa terjadi melalui aerosol sehingga sulit dikendalikan pada orang-orang asimtomatis atau tidak bergejala.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengacu pada himbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Daeng mengatakan transmisi aerosol artinya pembawa virus bisa menularkan virus hanya dengan bernapas atau berbicara.

Pada kasus penyebaran SARS-CoV-2, lanjut dia, rata-rata 57 persen penularan terjadi dari inhalasi (microdroplet), 35 persen penularan terjadi melalui droplet (batuk, bersin, nafas dan berbicara), dan 8,2 persen karena kontak.

Daeng menjelaskan penyebaran dalam bentuk droplets berukuran kurang dari 0,8 - 10 mikron bisa menetap di udara hingga satu sampai tiga jam. Ukuran aerosol virus yang paling lazim terhirup sekitar 0,5 sampai 5 mikron.

Potensi tersebut mengindikasikan penularan riskan terjadi pada ruangan tertutup dengan udara yang berputar atau menggunakan pendingin ruangan. Pada ruangan dengan sirkulasi udara yang buruk dan kurang cahaya ultraviolet, virus bisa bertahan hingga tiga jam dalam ruangan.

Bahaya penularan itu, lanjut Daeng, bisa dihindari dengan menggunakan masker. Ia mengatakan masker bisa melindungi hingga 90 persen dari penularan virus. Menurut Daeng, upaya melindungi diri juga bisa didorong dengan menjaga kebugaran tubuh

"Kemampuan pembentukan antibodi pun ternyata bersifat individual, baik pasca terinfeksi maupun pasca imunisasi. Maka selain vaksinasi covid-19, ketaatan terhadap protokol kesehatan dan upaya menurunkan viral load sangat diperlukan untuk mengakhiri pandemi," tambah Daeng.

Sebelumnya, pemerintah telah menemukan kasus mutasi virus SARs-CoV-2 B117 yang tersebar di sejumlah provinsi. Beberapa sampel diantaranya ditemukan di DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan.

(fey/gil)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER