Komisi IV DPR RI menggelar Rapat Kerja Bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Dalam rapat ini, dibahas mengenai perlunya upaya antisipasi terkait ketersediaan pangan pokok di masyarakat menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Adapun soal ketersediaan pangan ini mendapat perhatian serius dikarenakan berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pada saat Ramadan dan Idul Fitri akan banyak disoroti perihal ketersediaan, kecukupan sampai fenomena lonjakan atau penurunan harga pangan.
Dalam rapat ini, anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Gerindra Renny Astuti menyesalkan adanya keputusan dan pernyataan dari Menteri Perdagangan untuk tetap melakukan impor 1 juta ton beras yang diyakini tidak akan menggangu harga gabah di petani.
"Padahal fakta di lapangan hampir seluruhnya harga gabah jauh di bawah HPP, untuk itu kami menyarankan kepada Mentan untuk menjelaskan kondisi fakta di lapangan kepada Mendag," jelas Reni dalam keterangan tertulis, Kamis (18/3/2021).
Senada dengan Renny, Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin menegaskan penolakan atas rencana impor beras 1 juta ton. Menurutnya, keputusan tersebut sangat kontradiktif dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait stok dan produksi pangan yang menunjukan adanya surplus beras.
"Alasan Mendag dan Menko Perekonomian tidak bisa kita terima secara argumentatif, kita juga harus berikan apresiasi kepada petani dan Kementan yang sudah menjamin ketersedian pangan dengan baik," tegasnya.
Meski begitu, Andi tak lupa mengapresiasi upaya antisipasi yang dilakukan Kementan dalam menyerap gabah petani meskipun bukan tupoksi utama dari Kementan.
"Saya yakin kerja Mentan sudah bagus untuk kita harus tetap bersinergi, dan saat ini kita harus punya kepercayaan diri bahwa petani kita mampu menghasilkan pangan sendiri terutama beras," tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkap upaya Kementan dalam menjaga kecukupan pangan pokok beberapa bulan ke depan. Ia menyampaikan, Kementan telah membuat perhitungan prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok berdasarkan data yang tersedia.
Adapun data tersebut di antaranya data stok tahun sebelumnya, perkiraan produksi dalam negeri, perkiraan impor dan perkiraan kebutuhan pangan masyarakat. Syahrul melanjutkan, prognosa neraca pangan pokok sampai bulan Mei 2021 diperkirakan dalam keadaan cukup.
"Beras diperkirakan akan surplus 12,56 juta ton, begitu juga jagung surplus 3,40 juta ton. Khusus beras surplus yang terjadi karena pada Maret dan April 2021 ini memasuki panen raya," ujar Syahrul.
Lebih lanjut, Syahrul memaparkan langkah yang akan dilakukan Kementan untuk menjaga pasokan kebutuhan pangan pokok di masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri. Termasuk juga dalam masa Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung kini.
"Untuk itu langkah yang diambil Kementerian Pertanian adalah melalui optimalisasi penyediaan pangan dari dalam negeri dan juga mempercepat proses impor untuk komoditas pangan yang belum sepenuhnya dicukupi dari dalam negeri, seperti kedelai, bawang putih, daging sapi/kerbau dan gula pasir," ungkapnya.
Ia menyampaikan, berdasarkan hasil perhitungan sampai dengan Minggu ke-2 Maret 2021, tampak adanya stok beras yang tersimpan di berbagai tempat seperti di Bulog, penggilingan, pedagang, PIBC, dan lainnya dengan total mencapai 6,79 juta ton.
Begitu pula surplus komoditas jagung, lanjutnya, panen pada awal tahun sampai dengan Mei 2021 merupakan puncak siklus panen besar yang setiap tahun selalu terjadi sebagai hasil penanaman awal musim hujan.
"Untuk komoditas lain diperkirakan juga akan tersedia dalam jumlah cukup di antaranya komoditas bawang, cabai, daging ayam ras, telur, gula dan minyak goreng, " kata Syahrul.
Meski ketersediaan pangan diperkirakan akan cukup, Syahrul mengaku ada beberapa komoditas pangan yang masih harus didatangkan dari luar negeri. Ia menilai, produksi dalam negeri belum dapat memenuhi total kebutuhan masyarakat. Adapun komoditas tersebut adalah kedelai, bawang putih, daging sapi/kerbau dan gula pasir.
"Khusus daging sapi/kerbau, walaupun telah diperkuat penyediaannya melalui impor, diperkirakan sampai akhir Mei 2021 masih kurang, sehingga kami akan melakukan kerja keras untuk dapat memenuhi kekurangannya, " terangnya.
(adv/adv)