Menag Yaqut Cari Formula Atasi Intoleransi di Momen Politik

CNN Indonesia
Minggu, 21 Mar 2021 18:33 WIB
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengaku masih mencari formula untuk mengatasi intoleransi yang menurutnya selalu meningkat saat momentum politik.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. (Arsip Humas Kemenag)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas berpendapat tingkat intoleransi meningkat saat menjelang pemilihan umum (pemilu) atau momentum politik lain.

Yaqut mengaku tengah mencari formula untuk mengatasi Intoleransi saat bertemu sebuah momentum politik.

"Saya tidak tahu ini perilaku semacam ini bagaimana formulasinya untuk menangani, tapi tentu kita tidak akan putus asa dan akan dari jalan keluarnya seperti apa," kata Yaqut dalam diskusi virtual bertajuk 'Survei Nasional Suara Anak Muda tentang Isu-isu Sosial Politik Bangsa' yang disiarkan virtual, Minggu (21/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Yaqut, dia melontarkan pernyataan soal peningkatan intoleransi saat momentum politik berdasarkan pengalamannya. Dia mengaku menyaksikan sendiri ketika pemilihan presiden tahun 2019 dan pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017.

"Meski tanpa hasil survei, tapi merasakan tingkat intoleransi itu meningkat ketika bertemu dengan momentum politik," kata dia, "Ada momentum politik itu kemudian meningkatkan sikap intoleran atau radikalisme."



Yaqut menjelaskan saat menjelang pemilu, politisasi agama kerap dilakukan dan berulang. Isu agama dijadikan bahan untuk menggaet suara namun dampaknya meningkatkan intoleransi.

"Kita lihat saat pemilihan gubernur Pak Ahok dengan Pak Anies itu. Bagaimana isu agama menjadi dominan dan itu naik pesat dan itu terulang kembali ketika pilpres kemarin," tuturnya.

Sementara itu, berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia, masyarakat Indonesia masih banyak mempertimbangkan nilai agama Ketika mengambil keputusan.

Sebanyak 47,8 persen anak muda sering mempertimbangkan nilai agama dalam mengambil keputusan hidup. Sedangkan sebanyak 31, 5 persen menganggap sangat sering atau selalu.

Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling sebanyak 206.983. Responden terdistribusi secara acak di seluruh nusantara dan pernah diwawancarai secara tatap muka langsung dalam rentang 2 tahun terakhir.

Sementara itu, toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei digelar pada Maret 2018-2020. Total survei sampel yang berhasil diwawancara sebanyak 1.200 responden warga negara Indonesia berusia 17-21 tahun.

(yul/ugo)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER