Deputi Bidang Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, menuding Ketua Umum Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa (KLB), Moeldoko, menggunakan pendengung atau buzzer untuk menyerang partainya terkait isu ideologi.
Kamhar mengatakan pihaknya melihat telah terjadi penggiringan opini yang dilakukan secara sistematis dan terbaca dengan jelas. Moeldoko sendiri setelah terpilih jadi Ketum Demokrat versi KLB pada 5 Maret lalu, akhirnya baru keluar ke publik lewat video pernyataan via media sosialnya pada Minggu (28/3).
"Moeldoko mencoba cara-cara kotor yang menggunakan buzzer untuk menyerang Partai Demokrat dengan isu ideologi. Penggiringan ini dilakukan secara sistematis namun terbaca dengan jelas, karena mereka memilih sasaran yang salah," kata Kamhar kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyatakan langkah yang dilakukan Moeldoko tidak relevan dan anakronisme untuk diterapkan pada Partai Demokrat di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Menurutnya, ada justifikasi yang kuat secara historis dan empiris yang membuat tuduhan ini hanya mungkin dilakukan orang tolol terhadap Partai Demokrat.
Menurut Kamhar, pernyataan Moeldoko tentang pergeseran ideologi itu adalah pepesan kosong. Kamhar mengatakan pernyataan pria yang saat ini masih menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) RI itu justru bisa menimbulkan tanda tanya besar bagi publik.
"Moeldoko ini mahluk dari planet mana? Hanya karena ambisi dan syahwat politik yang tak terbendung hingga kembali membangun fitnah, namun naif," ucap Kamhar.
Ia menegaskan soal pergeseran ideologi itu pun baru muncul dari mulut Moeldoko saja. Padahal, sambungnya, selama 10 tahun Demokrat menjadi partai penguasa yang mengantar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jadi presiden keenam RI itu tak pernah sekalipun ada perbenturan atau isu ideologi yang mengemuka apalagi sampai memecah belah anak bangsa.
Kamhar menegaskan ideologi Partai Demokrat adalah nasionalis religius yang memerhatikan aspek nasionalisme, humanisme, dan pluralisme. Itu semua demi tujuan mewujudkan perdamaian, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.
Dia juga menyatakan bahwa Demokrat adalah partai yang berasaskan Pancasila dan inklusif tanpa membedakan suku, agama, ras, profesi, jenis kelamin, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Demokrat, lanjutnya, memiliki doktrin Tri Pakca Gatra Praja yang mengandung arti adanya tiga kehendak kuat yang mewujud dalam trilogi perjuangan partai, yaitu demokrasi, kesejahteraan, dan keamanan.
"Inilah yang menjadi DNA politik Partai Demokrat," ucap Kamhar.
Sebelumnya, Moeldoko bicara soal tarikan ideologis dalam tubuh Partai Demokrat. Moeldoko juga mengklaim ada pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024.
Menurut Moeldoko, pertarungan ideologis ini terstruktur dan mudah dikenali. Hal ini, menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045.
"Ada sebuah situasi khusus dalam perpolitikan nasional, yaitu telah terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024," kata Moeldoko dalam video yang yang diunggah di akun Instagramnya @dr_Moeldoko pada Minggu (28/3).
Soal tarikan ideologis di tubuh Demokrat, Moeldoko menyebut hal itu jadi salah satu alasan dirinya bersedia menjadi ketua umum partai berlambang Bintang Mercy.
"Jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa. Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan dijawab dengan baik oleh rekan-rekan sekalian," tuturnya.