Kemenkes: Tak Usah Milih-milih Vaksin
Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mewanti-wanti agar masyarakat tidak membeda-bedakan atau sengaja memilih jenis dari produsen vaksin tertentu yang diinginkan.
Nadia meminta masyarakat menaruh kepercayaan secara penuh kepada pemerintah. Dia mengingatkan pemerintah telah menjamin hanya akan menyediakan vaksin virus corona (Covid-19) yang aman dan bermanfaat.
"Jadi tidak usah ragu-ragu untuk divaksinasi, tidak usah memilih-milih vaksin. Pemerintah akan memprioritaskan penggunaan jenis vaksin yang aman dan bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh, berdasarkan tentunya rekomendasi para ahli," kata Nadia dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring melalui kanal YouTube Lawan Covid19 ID, Selasa (30/3).
Nadia menjelaskan tidak ada satu pun produsen vaksin di dunia ini yang dapat memenuhi seluruh permintaan negara-negara besar seperti Indonesia. Indonesia, lanjut dia, beruntung karena sudah menjalin kerja sama dengan empat produsen vaksin, yaitu Sinovac, Astrazeneca, Novavax, dan Pfizer.
Empat produsen vaksin itu akan digunakan untuk pemenuhan program vaksinasi nasional, sementara dua produsen vaksin dari Sinopharm dan Moderna akan digunakan untuk program vaksinasi gotong royong.
Nadia mengingatkan kepada masyarakat bahwa vaksin saat ini menjadi rebutan banyak negara yang masih belum mampu memproduksi vaksin covid-19 secara mandiri. Sehingga, ia meminta masyarakat yang sesuai kriteria sasaran vaksin untuk lekas mendatangi sentra vaksinasi atau fasilitas kesehatan yang telah ditentukan.
"Saya mendorong seluruh masyarakat, mari kita sukseskan vaksinasi covid-19, karena ini ditujukan untuk kita semua," pungkasnya.
Pemerintah sejauh ini telah berkomitmen mengamankan sekitar 426,8 juta dosis vaksin dari empat perusahaan farmasi luar negeri untuk vaksinasi 181,5 juta penduduk Indonesia.
Ratusan juta dosis vaksin itu digunakan untuk memenuhi program vaksinasi yang menyasar 181,5 juta penduduk Indonesia. Sasaran itu terbagi menjadi empat tahapan, yang pertama menyasar 1,4 juta tenaga kesehatan.
Disusul tahapan kedua yang menyasar 17,3 juta petugas pelayanan publik dan 21,5 juta lansia. Kemudian akan dilanjutkan vaksinasi tahapan ketiga yang menyasar 63,9 juta masyarakat rentan yang berada di daerah risiko tinggi penularan, serta 77,4 juta masyarakat lain yang disesuaikan dengan ketersediaan vaksin.
Primadona Masyarakat
Terpisah, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa vaksinasi merupakan primadona pilihan masyarakat dari total empat strategi pemerintah menekan sebaran virus corona.
Sementara tiga strategi lainnya adalah kemampuan deteksi covid-19, terapi atau penyediaan fasilitas kesehatan untuk isolasi, dan penguatan implementasi protokol kesehatan di tengah masyarakat.
"Yang menjadi primadona yaitu vaksinasi. Walaupun dengan segala kerendahan hati, saya bilang itu satu dari empat strategi," kata Budi dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemendikbud RI, Selasa (30/3).
Kendati demikian, Budi menegaskan bahwa keempat strategi itu tetap harus dilaksanakan dan berjalan secara beriringan. Ia menjelaskan, strategi pertama, saat ini Indonesia berupaya meningkatkan angka pemeriksaan dan penelusuran kontak kasus covid-19 di tanah air.
Peningkatan itu sesuai dengan target dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang telah menetapkan standar pemeriksaan 1:1.000 penduduk per pekan. Dengan asumsi populasi Indonesia mencapai 270 juta jiwa, maka sewajarnya 270 ribu orang diperiksa per pekan.
"Juga strategi surveilans genomik untuk mendeteksi strain baru virus Sars-Cov2," jelasnya.
(ain/khr/ain)