Penjual Air Gun ke Penyerang Mabes Pernah Ikut Deradikalisasi

CNN Indonesia
Selasa, 06 Apr 2021 16:10 WIB
Mantan napi terorisme penjual air gun ke penyerang Mabes Polri, ZA, pernah mengikuti program deradikalisasi pada 2016.
Penyerang Mabes Polri. (Foto: Arsip Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan bahwa Muchsin Kamal, penjual senjata api berjenis air gun kepada penyerang Mabes Polri berinisial ZA telah mengikuti program deradikalisasi sejak 2016 lalu.

Hal itu dilakukan pasca dirinya menjalani hukuman penjara sebagai narapidana kasus terorisme terkait kasus di Aceh pada 2010 lalu.

"Program deradikalisasi itu benar, sejak 2016 sudah melalui tahapan itu. Dari wawasan kebangsaan, keagamaan, sudah bagus dia sebenarnya," kata Juru Bicara BNPT, Brigadir Jenderal Eddy Hartono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (6/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan, gerak-gerik dari Muchsin pun selama ini dipantau oleh BNPT. Kata dia, Muchsin juga sudah tak terafiliasi dengan jaringan teror manapun setelah bebas.

Hanya saja, Muchsin kemudian menjual senjata api berjenis air gun kepada ZA lewat online. Diketahui, Muchsin memang memiliki bisnis jual beli air gun secara legal di Aceh.

"Ini menjadi evaluasi kami untuk program-program selanjutnya. Memang kami ini mencari tiap orang itu kan beda-beda. Ada yang gampang, ada yang susah, ada yang pura-pura baik, kadang-kadang main lagi (bergabung teroris)," ucapnya.

Oleh sebab itu, polisi menangkap Muchsin untuk didalami keterkaitannya dengan aksi teror ZA di wilayah Mabes Polri beberapa hari lalu.

"Cuma memang, ketika perkembangannya dia (menjual) airgun itu. Kemarin kan disita oleh Densus kalau tidak salah kan, nah itu sedang didalami sama Densus dapat barang itu darimana," tambahnya lagi.

Hingga saat ini, pihak BNPT masih menunggu hasil dari investigasi Densus 88 terhadap Muchsin. Berdasarkan informasi yang diterimanya, Muchsin masih berstatus sebagai saksi.

Hanya saja, polisi memiliki waktu 14 hari untuk memeriksa secara intensif dan menentukan sikap terhadap terduga teroris.

"Karena belanja online itu kan bisa juga sembarangan (pembelinya) juga kan. Jadi kami masih menunggu hasil investigasi densus. Karena beberapa senjata sudah disita semua itu," tutup dia.

Muchsin sendiri merupakan napiter terkait dengan kegiatan pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh pada 2010 lalu. Pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Oman Rochman alias Aman Abdurrahman terlibat dalam peristiwa itu.

Kamp pelatihan militer Jantho didirikan oleh aliansi kelompok ekstremis dari berbagai daerah yakni Aceh, Medan, Solo, Malang, Bima, Poso, dan sejumlah daerah di Jawa Timur yang dikendalikan oleh Dulmatin.

Pendiri kamp pelatihan militer ini merupakan pendukung Ayman al-Zawahiri, tokoh Al-Qaeda yang tewas ditembak pasukan Amerika Serikat di Iraq pada 2006. Mereka juga mendukung Zawahiri dan Noordin M Top yang tewas ditembak di Solo, September 2009

(mjo/pris)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER