Data jumlah korban banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT) simpang siur. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sempat mengoreksi jumlah data korban.
Pada Selasa (6/4) pagi, BNPB sempat merilis total jumlah korban jiwa akibat bencana banjir bandang dan longsor serta angin kencang yang terjadi di Nusa Tenggara Timur imbas cuaca ekstrim angin siklon tropis. Saat itu, dalam rilisnya, BNPB menyebut jumlah korban tewas sebanyak 128 orang.
Jumlah itu merupakan kumulasi dari tatal semua korban di setiap kabupaten kota yang terdampak di NTT.
Namun, sore harinya, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati meralatnya menjadi 86 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data tersebut merupakan perbaikan dari data sebelumnya yang dia sebut salah hitung lantaran belum dilakukan verifikasi dan identifikasi di lapangan. Salah satunya untuk korban di Lembata, lantaran antara korban meninggal dan korban hilang menjadi satu.
"Hasil data kami adalah 86 korban jiwa meninggal. Ini adalah data dari jenazah yang telah ditemukan dan diverifikasi. Data sangat dinamis dan selalu kami update," kata Raditya saat menggelar konferensi pers secara daring, Selasa (6/4).
Total angka tersebut, kata dia, terdiri dari 49 orang meninggal dunia di Kabupaten Flores timur, 16 orang meninggal di Kanupaten Lembata, 17 orang meninggal dunia di Kabupaten Alor, dua orang meninggal dunia Di Kabupaten Malaka, satu orang di Kota Kupang, dan satu orang di Ende.
"Mohon maaf sekali lagi, data terakhir 16 orang meninggal di Lembata itu dulunya 51 orang yang hilang, masuk kategorisasi meninggal dunia," kata dia.
"Jadi sekali lagi, setelah diverifikasi ulang daerah, ini yang kami dapatkan data terakhirnya. Kalau kemarin data terakhir 67 adalah penjumlahan dari 16 dengan 51 di Lembata," rincinya.
Meski begitu, malam harinya jumlah total korban meninggal kembali bertambah yakni sebanyak 117 orang meninggal dunia dan 76 hilang. Data itu merupakan data terbaru per Selasa (6/4) pukul 21.00 WITA.
"Secara keseluruhan yang telah ditemukan sebanyak 117 meninggal dunia, dan hilang 76 orang. Ini data terakhir," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dalam konferensi pers virtual, Selasa (6/4).
Ia mengatakan korban itu tersebar di beberapa Kabupaten/Kota. Secara rinci, di Flores Timur, ada 60 orang meninggal dunia dan dan 12 orang hilang.
Di Alor, ada 21 orang meninggal dunia dan 20 orang hilang, di Malaka tiga orang meninggal dunia, serta Kota dan Kabupaten Kupang masing-masing satu orang meninggal dunia.
"Di Lembata 28 orang meninggal dunia, dan 44 orang hilang, di Sabu Raijua 2 orang meninggal dunia, dan Ende 1 orang meninggal dunia," kata dia.
BNPB sendiri mengakui, data yang disampaikan pihaknya mudah berubah lantaran kondisi di lapangan memang sangat dinamis. Pihaknya pun berusaha terus memperbaiki data yang ditemukan untuk kemudian disampaikan ke publik.