Pengamat Ragu Sekolah Tatap Muka Efektif di Masa Pandemi

CNN Indonesia
Kamis, 08 Apr 2021 14:50 WIB
Uji coba sekolah tatap muka di Jakarta, Rabu (7/4). (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerhati dan praktisi pendidikan Asep Sapa'at menilai pembukaan sekolah di tengah pandemi virus corona (covid-19) bakal tidak efektif jika pemerintah tidak memetakan strategi dalam membuka kembali sekolah.

Asep mengatakan pembukaan sekolah di tengah ancaman kesehatan siswa tidak bisa dilakukan tanpa pertimbangan yang meliputi segala aspek di bidang pendidikan, termasuk efektivitasnya terhadap capaian belajar.

Dan efektivitas itu, kata dia, baru bisa diukur jika pemerintah memiliki data terkait kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) imbas penutupan aktivitas di sekolah setahun ini.

"[Kalau tidak ada data] Enggak efektif. Karena kita susah mengatakan efektif, harus ada data awal. Data itu nanti dibandingkan, dievaluasi, dimonitor secara berkelanjutan," tuturnya ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (8/4).

Untuk mendapatkan data awal itu, Asep mengatakan pemerintah dan sekolah harus mengidentifikasi terlebih dahulu siswa yang tidak memiliki fasilitas selama PJJ, terkendala karena tidak ada pendamping belajar di rumah, atau kesulitan belajar mandiri.

Setelah itu, lanjut dia, capaian belajar siswa yang masuk dalam kategori itu harus dipetakan. Kemudian siswa tersebut diprioritaskan untuk belajar tatap muka dan capaian belajarnya dievaluasi secara berkala.

Pendekatan itu, menurut dia, belum dilakukan pemerintah. Tanpa jaminan efektivitas yang jelas, menurutnya pembukaan sekolah di tengah pandemi jadi tidak memiliki urgensi jika dibandingkan dengan risikonya terhadap siswa.

"Sekarang kan langsung saja masuk. Enggak bisa gitu. Karena kondisi pandemi belum bisa dikendalikan, harus ada kategorisasi. Data awal yang sangat akurat," tambah dia.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan semua sekolah sudah dibuka pada Juli 2021. Meski belajar dilakukan tatap muka, ada banyak perubahan yang perlu diadaptasi guru dan siswa pada tahun ajaran baru nanti.

Jumlah siswa di sekolah bakal dibatasi hingga 50 persen kapasitas. Sehingga pembelajaran harus dilakukan dengan sistem rotasi dan jam belajar banyak terpangkas.

Sebagai contoh, di DKI Jakarta yang sedang melakukan uji coba pembukaan sekolah, belajar tatap muka hanya dilakukan 4 jam per hari dan sehari setiap minggu untuk setiap siswa.

Opsi belajar tatap muka sendiri bersifat wajib bagi sekolah dengan guru dan tenaga kependidikan yang sudah divaksin. Sementara vaksin covid-19 belum ada yang tersedia untuk anak di bawah 18 tahun atau usia sekolah.

(fey/wis)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK