Polri meningkatkan pengamanan Bandar Udara (Bandara) di wilayah Papua pascapembakaran helikopter yang terparkir di Bandara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pekan lalu.
"Sudah dilakukan penebalan pengamanan daripada masing-masing Bandara (di Papua)," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (13/4).
Dia mengatakan, langkah pengamanan itu juga dilakukan lantaran KKB terindikasi sedang berusaha untuk mengganggu aktivitas penerbangan di wilayah Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut, kata dia, menguat setelah sejumlah serangan yang dilakukan oleh KKB di wilayah Ilaga pada pekan lalu.
"Terindikasi aktivitas KKB terhadap yang terjadi kemarin. Pembakaran helikopter ini, rencana mereka untuk menganggu aktivitas penerbangan yang ada di Provinsi Papua," ucapnya lagi.
Pada pekan lalu, wilayah Ilaga, Papua sempat memanas lantaran terjadi sejumlah peristiwa yang diduga dilakukan oleh KKB. Kala itu, KKB diduga menjadi pihak yang melakukan penembakan terhadap guru sekolah dasar (SD) bernama Oktavianus Rayo sekitar pukul 09.50 WIT.
Keesokan harinya, KKB kembali diduga menembak mati seorang guru SMPN bernama Yoanatan Renden di Distrik Boega.
Awalnya Yonatan sedang berkendara motor dengan kepala sekolah SMPN 1 Boega, JS. Mereka berdua tengah mencari terpal untuk menutup jenazah guru SD Julukoma, Oktavianus Rayo. Kedua guru tersebut diduga mendapat rentetan tembakan saat sedang berkendara.
Terakhir, mereka diduga turut membakar tiga sekolah yang terletak di wilayah tersebut. Aksi itu, diduga dilakukan oleh KKB pimpinan Nau Waker.
Terkait penembakan Rayo di wilayah Boega, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengakui pihaknya telah menembak guru SD tersebut.
"Guru SD yang ditembak mati di Boega itu adalah mata-mata TNI-Polri yang telah lama diidentifikasi oleh PIS TPNPB. Oleh karena itu, tidak ragu-ragu ditembak oleh pasukan TPNPB," kata Sebby Sambom melalui keterangan tertulis, Senin (12/4).
TPNPB, yang sering dijuluki aparat sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB) mengklaim telah berhasil memetakan mata-mata kepolisian yang tersebar di sejumlah wilayah Papua.
Menurut dia, mereka kebanyakan menyamar sebagai tukang bangunan, guru, mantri, petugas distrik, hingga beragam profesi lainnya. Sehingga, KKB mengultimatum agar tak ada masyarakat yang menyamar sebagai mata-mata kepolisian.
"Kami juga tidak sembarang tembak masyarakat Papua maupun non Papua. Kami sudah tahu kerja TNI-Polri, selalu menggunakan tenaga masyarakat sipil ataupun PNS apapun statusnya jadikan mereka sebagai mata-mata," katanya lagi.
Sementara itu Kepala Humas Satgas Nemangkawi Komisaris Besar M Iqbal Alqudussy mengatakan tudingan guru yang jadi korban penembakan adalah alasan klasik kelompok bersenjata di Papua.
"Buktinya apa Bapa Oktovianus dan Bapa Yonathan itu intel? Itu semua hanya alasan klasik mereka untuk menggiring opini publik supaya aksi teror mereka dimaklumi," kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya seperti dilansir dari Antara.
"Almarhum Bapa Oktovianus dan Bapa Yonathan ini hanya guru yang tinggal di sini dengan niat mulia mencerdaskan anak-anak Kabupaten Puncak, Papua. Siapapun yang berhati nurani pasti tidak akan membenarkan penembakan keji tersebut," ujar Iqbal.