Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tetap berpegang pada rencana pembukaan sekolah Juli 2021 atau tahun ajaran baru, setelah vaksinasi guru dan tenaga kependidikan rampung dilaksanakan.
Sebelumnya, tengah pekan lalu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan pernyataan agar pemerintah meninjau kembali pembukaan sekolah tatap muka karena kondisi pandemi Covid-19 yang belum melandai. IDAI menilai sekolah baru aman dibuka jika tingkat positivitas atau positivity rate sudah berada di angka 5 persen atau kurang. Saat ini positivity rate nasional di angka 21,3 persen.
"Opsi pembelajaran tatap muka setelah semua guru [dan tenaga kependidikan] mendapat vaksin," kata Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Jumeri kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terpisah, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyoroti fenomena masih banyak pengajar yang merasa aman dari covid-19 setelah menerima dua dosis vaksin.
Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim mengatakan rata-rata guru tidak memahami bahwa walaupun sudah divaksin, guru tidak sepenuhnya bebas dari paparan virus tersebut.
"Banyak guru yang menganggap setelah divaksin dua kali, mereka sudah punya imunitas. Seolah-olah kalau sudah divaksin, mereka aman dari virus. Kami luruskan ke guru, potensi untuk tertular kan masih ada," katanya ketika dihubungi CNNIndonesia.com, akhir pekan lalu.
Satriwan menilai anggapan itu bisa berkembang di kalangan guru, karena edukasi terkait vaksinasi dan penyebaran covid-19 belum maksimal diterima para pendidik jelang rencana pembukaan sekolah oleh pemerintah tersebut.
"Terbukti tadi. Ketika mereka sudah divaksin dua kali, merasa aman. Jadi saya setuju, edukasinya kurang," katanya Jumat (30/4).
Menurut pantauan Satriwan karena pandangan tersebut, guru kemudian jadi antusias agar sekolah cepat dibuka. Ia menemukan rata-rata alasan guru ingin belajar tatap muka karena bosan dan rindu dengan siswa. Sebalikya, Satriwan mengaku pihaknya justru khawatir pembukaan sekolah justru akan berpotensi meningkatkan penularan covid-19 di lingkungan pendidikan.
Argumen ini ia tangkap mempertimbangkan banyak hal. Di antaranya terkait edukasi covid-19 yang belum tersampaikan dengan maksimal kepada guru, kasus covid-19 di Jakarta dan secara nasional yang masih tinggi, dan pernyataan IDAI yang tidak merekomendasikan sekolah dibuka.
Lagi pula, kata dia, di lingkungan pendidikan dalam beberapa bulan kedepan akan ada dua momentum libur panjang yang berpotensi meningkatkan mobilitas siswa dan guru, yakni libur Idul Fitri dan libur kenaikan kelas.
"Saya khawatir setelah libur meningkatkan angka covid. Kami dari P2G menghimbau kepada orang tua siswa dan guru agar jangan mudik," tambah dia.
Terkait rekomendasi IDAI, sebelumnya Jumeri menegaskan itu sifatnya tidak mempengaruhi kebijakan pemerintah pusat terkait pembukaan sekolah dan opsi pembelajaran tatap muka. Hanya saja, ia menegaskan rekomendasi itu bisa menjadi peringatan bagi pihak sekolah dan orang tua dalam mengambil keputusan belajar tatap muka bagi siswa.
"Rekomendasi IDAI sebagai warning kepada sekolah, orang tua dan masyarakat untuk sangat berhati-hati melaksanakan pembelajaran tatap muka," lanjut dia.
(fey/kid)