World Health Organization (WHO) memutuskan untuk memasukkan vaksin Sinopharm k daftar penggunaan darurat mengatasi Covid-19. Vaksin Sinopharm diproduksi oleh Beijing Bio-Institute of Biological Products Co Ltd, anak perusahaan China National Biotec Group (CNBG).
Koordinator PMO Komunikasi Publik KPCPEN Arya Sinulingga menyambut baik keputusan tersebut. Ia menyebut hal itu sejalan dengan BPOM yang juga telah mengeluarkan izin darurat terhadap vaksin Sinopharm sebagai bentuk upaya #KesehatanPulihEkonomiBangkit.
Ke depannya, kesepakatan itu diyakini akan mempermudah penyediaan stok vaksin demi perwujudan herd immunity. Sejauh ini, kata Arya, pemerintah Indonesia telah mengamankan 75.910.500 juta dosis vaksin. Masing-masing terdiri dari 68.500.000 dosis Sinovac, 6.410.500 dosis AstraZeneca Covax, dan 1 juta dosis Sinopharm.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arya berharap, masyarakat tidak ragu untuk divaksin. "Dengan divaksinasi, tidak hanya melindungi diri sendiri, tapi juga orang sekitar kita," katanya.
Melansir situs resmi, WHO menyebut bahwa penambahan vaksin ini berpotensi mempercepat akses vaksin Covid-19 bagi negara-negara yang ingin melindungi
petugas Kesehatan dan populasi yang berisiko. Emergency Use Listing (EUL) adalah prasyarat untuk pasokan vaksin Fasilitas Covax, yang juga memungkinkan negara guna mempercepat persetujuan peraturan mereka sendiri untuk mengimpor dan mengelola vaksin Covid-19.
Sebelumnya, Kepala Badan POM Penny K. Lukito memaparkan bahwa vaksin Sinopharm telah menjalani uji klinik fase 3 di Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain dengan 42 ribu subjek uji.
Hasil menunjukkan efikasi sebesar 78,02 persen dan pengukuran imunogenisitas setelah 14 hari penyuntikan dosis kedua, seropositive rate (persentase subyek yang terbentuk antibodi) netralisasi adalah 99,52 persen pada orang dewasa dan 100 persen pada lansia.
Selain itu, secara umum keamanan vaksin dapat ditoleransi dengan baik dan frekuensi kejadian masing-masing efek samping tersebut adalah 0,01 persen hingga terkategori sangat jarang, serta pada usia di atas 60 tahun tidak ada laporan efek samping lokal grade 3. Berdasarkan hasil uji tersebut, BPOM bersama tim ahli Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19, ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization), dan para klinisi terkait lain menilai vaksin Sinopharm memberi profil keamanan dan efikasi yang baik.
"Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, dan juga pertimbangan manfaat risiko, maka Badan POM telah menerbitkan persetujuan penggunaan pada masa darurat atau EUA pada 29 April 2021 dengan nomor EUA2159000143A2 untuk vaksin dengan kemasan 1 vial berisi 0,5 ml (1 dosis) vaksin," jelas Penny, Jumat (30/4).
Adapun indikasi yang disetujui adalah untuk pembentukan antibodi yang dapat memberi kekebalan melawan virus SARS CoV-2 dan mencegah Covid-19 pada orang
dewasa di atas 18 tahun, melalui pemberian dua dosis pada durasi 21-28 hari. Di Indonesia sendiri, vaksin yang memiliki platform inactivated virus (virus yang diinaktivasi atau dimatikan) didaftarkan dan didistribusikan oleh PT Kimia Farma Tbk. dengan nama SARS-CoV-2 Vaccine (Vero Cell), inactivated.
Saat ini, vaksin yang dimaksud telah tiba di Indonesia. Sebelum digunakan dalam program vaksinasi nasional, BPOM terlebih dahulu akan melakukan proses pelulusan produk.
(rea)