Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan sejumlah tantangan nilai-nilai Pancasila di tengah globalisasi mulai dari rivalitas dengan ideologi transnasional radikal hingga perkembangan teknologi. Ideologi tersebut menurutnya menyebar massif di era revolusi industri 4.0 ditambah dengan jaringan internet mutakhir 5G.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni 2021.
"Walaupun Pancasila telah menyatu dalam kehidupan kita sepanjang republik ini berdiri, namun tantangan yang dihadapi Pancasila tidaklah semakin ringan, globalisasi, dan interaksi antar belahan dunia tidak serta merta meningkatkan kesamaan pandangan dan kebersamaan," ujarnya melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (1/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi menuturkan Pancasila dihadapkan dengan meningkatnya rivalitas dan kompetisi antar-pandangan, antar nilai-nilai, dan antar-ideologi.
Salah satu yang dimaksud adalah kompetisi dan rivalitas perkembangan ideologi transnasional yang mulai memasuki lini kehidupan masyarakat dengan berbagai cara dan berbagai strategi.
Jokowi menyatakan perkembangan ideologi transnasional radikal dipercepat dengan perkembangan teknologi, baik revolusi industri 4.0 maupun konektivitas 5G. Lewat bantuan teknologi tersebut, lanjutnya, ideologi transnasional semakin cepat berekspansi kepada masyarakat.
"Kecepatan ekspansi ideologi transnasional radikal bisa melampaui standar normal ketika memanfaatkan disrupsi teknologi ini," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia mengimbau seluruh lapisan masyarakat untuk memperkuat ideologi Pancasila.
Menurutnya, diperlukan cara-cara yang di luar kebiasaan memperkuat ideologi Pancasila untuk menghadapi rivalitas dan kompetisi ideologi tersebut, yakni dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.
"Menghadapi semua ini, perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa. Diperlukan cara-cara baru yang luar biasa memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama revolusi industri 4.0," ujarnya.
(ulf/fjr)