Bobby Nasution Buka Suara soal Isu Setop Penggunaan GeNose

CNN Indonesia
Jumat, 25 Jun 2021 18:12 WIB
Menantu Jokowi yang kini Wali Kota Medan, Bobby Nasution menyatakan jika GeNose sudah dinyatakan tak diperbolehkan, Pemko akan bersikap.
Wali Kota Medan Bobby Nasution. (CNN Indonesia/ Farida)
Medan, CNN Indonesia --

Menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kini Wali Kota Medan, Bobby Nasution menyatakan sejumlah pertimbangan untuk menyetop tes risiko infeksi Covid-19 dengan menggunakan GeNose di wilayahnya.

Hal tersebut dipikirkannya terkait pelbagai pernyataan para ahli kesehatan yang meminta pemerintah menghentikan penggunaan GeNose sebagai syarat verifikasi perjalanan. Pasalnya, sampai saat ini GeNose belum mendapatkan bukti validasi eksternal sebagai uji keterpaparan Covid-19.

Bobby mengatakan seandainya penggunaan GeNose sudah tidak dibolehkan lagi oleh pemerintah pusat, maka Pemkot Medan akan membuat surat edaran agar itu tidak dipakai sebagai syarat perjalanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau memang tidak dibolehkan lagi kelanjutannya, tapi masih ada yang menggunakan di Medan, nanti akan kita lihat. Sebenarnya banyak dan akan kita surati dan akan kita peringatkan. Karena itu sudah tidak dibolehkan lagi," kata Bobby di lingkungan kantor Wali Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (25/6).

Sejauh ini, kata Bobby, GeNose memang digunakan untuk mempermudah masyarakat khususnya di daerah saat akan melakukan perjalanan.

"Yang berjalan memang setahu saya PT KAI masih menggunakan (GeNose). Tapi ini bagaimana kita sosialisasikan. Memang ini opsi yang dilakukan untuk mmpermudah masyarakat di daerah," kata Bobby.

Sejumlah calon penumpang kapal ferry antre untuk menjalani tes deteksi COVID-19 dengan metode GeNose C19 di Pelabuhan Merak, banten, Selasa (4/5/2021) dinihari. Pihak otoritas Pelabuhan Merak mewajibkan para penumpang kapal ferry menjalani tes GeNose C19 lebih dahulu untuk mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww.Sejumlah calon penumpang antre untuk menjalani tes deteksi COVID-19 dengan metode GeNose C19. (ANTARA FOTO/ASEP FATHULRAHMAN)

Terpisah Pengamat Kesehatan Kota Medan, Delyuzar mengatakan penggunaan GeNose harus dilihat bagaimana akurasi diagnostiknya. Jika akurasi sensitivitasnya rendah,  ia menyarankan agar GeNose tidak digunakan.

"Memang itu harus dilihat akurasi diagnostiknya berapa persen. Kalau itu mau dipakai untuk umum tentu akurasinya harus terjamin tinggi. Jadi sensitivitas itu harus memang menjamin untuk dipakai sebagai diagnostik. Kalau memang rendah, jangan dipakai. Karena bisa terjadi penularan juga," ucapnya.

Sebelumnya Ahli Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menilai GeNose belum terbukti secara saintifik bisa mendeteksi dengan akurat virus Covid-19.

"[Harus] dihentikan, dalam artian saat ini kita harus benar-benar memilih strategi screening atau tes diagnosis yang sudah diapproved WHO saja jangan trial and error," ucap Dicky kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/6).

Dicky juga menilai, penggunaan GeNose sebagai syarat verifikasi perjalanan lebih berbahaya lagi. Apalagi setelah virus Covid-19 varian Delta masuk di Indonesia.

"Dalam kehadiran varian delta yang begitu efektif menular dan menular ini kan lewat udara. Angka reproduksinya 6 ya Genose ini ya berbahaya menurut saya, menurut saya, sangat berbahaya. Jangankan saat ada varian Delta ini, sebelumnya saja masih belum memenuhi, ya klaim-klaim," jelas Dicky.

Menurut Dicky meskipun harga tes GeNose lebih murah dibandingkan metode tes lainnya, tapi sebaiknya penggunaannya ihentikan. Dia menilai penggunaan GeNose untuk verifikasi perjalanan justru lebih besar dalam risiko penularan virus Covid-19.

"Ini situasi sudah kritis seperti ini kita bukan hanya melihat murah segala macam tapi kita lihat yang lebih efektif dan jangan mengambil satu intervensi yang selain tidak efektif juga mengundang potensi penularan," ucap dia.

(fnr/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER