Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito menyampaikan bahwa vaksin Covid-19 produksi Pfizer kemungkinan akan mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) besok, Rabu (14/7).
"Pfizer besok mungkin sudah ada beberapa yang dapat EUA, malam ini akan saya cermati, sudah masuk semua data-datanya, sudah di-review tim Komnas Penilaian Obat, dari lima sudah dua fasilitas sudah lengkap datanya. Jadi, Pfizer segera dapat EUA," kata Penny dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI secara daring, Selasa (13/7).
Lebih lanjut, Penny membeberkan proses sejumlah merek vaksin Covid-19 yang tengah diteliti pihaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPOM juga tengah mengevaluasi vaksin EUA bagi vaksin Sputnik. Pihaknya masih harus melakukan inspeksi karena tidak memiliki pengalaman impor vaksin dari Rusia selama ini.
"Kemudian ada juga vaksin Sputnik sedang berproses finalisasi, itu juga karena ada beberapa fasilitas kami harus inspeksi karena tidak ada pengalaman impor vaksin dari rusia. Mudah-mudahan tidak akan lama lagi Sputnik akan mendapatkan EUA," ujarnya
Berikutnya, vaksin Novavax. Menurut Penny, nasib Novavax masih membutuhkan uji komparibalitas karena fasilitas produksi yang berbeda. Menurutnya, Novavax kemungkinan baru mendapatkan EUA pada September 2021.
"Kemudian Novavax ini sudah rolling submition masih butuh uji komparibalitas karena fasilitas produksi berbeda sehingga di mana ini akan dilakukan di India. Harapannya sekitar September 2021 vaksin Novavax bisa dapat EUA," ujarnya.
Selanjutnya, Cansino. Penny berkata pihaknya masih menunggu data ihwal khasiat, keamanan, dan mutu. Menurutnya, waktu Cansino mendapatkan EUA masih belum jelas saat ini.
"Kami sedang menunggu datanya, masih belum jelas kapan dapat [EUA]," ucap Penny.
Terakhir, Covaxin. Menurut Penny, vaksin proses vaksin Bharat Biotech ini sedang berhenti seiring dengan peningkatan kasus Covid-19 di India.
"Satu lagi ada Covaxin produksi Biootech India dengan Amarox. Ini sudah rolling submition namun masih dibutuhkan data-data tapi karena meningkat kasus di India agak berhenti Covaxin ini," tuturnya.
(mts/arh)