IDI Minta Pemerintah Perbanyak RS Darurat Covid-19 di Daerah

CNN Indonesia
Rabu, 21 Jul 2021 18:04 WIB
Ketua Satgas Covid-19 PB IDI Zubairi Djoerban mengatakan RS darurat Covid-19 diperlukan untuk merawat pasien Covid-19 gejala ringan hingga tanpa gejala.
Satgas Covid-19 IDI meminta pemerintah memperbanyak rumah sakit darurat Covid-19 di sejumlah daerah. Ilustrasi (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban meminta pemerintah memperbanyak rumah sakit darurat maupun rumah sakit lapangan untuk merawat pasien terinfeksi virus corona (Covid-19) dengan gejala ringan hingga tanpa gejala atau OTG.

Hal tersebut disampaikan Zubairi menyusul temuan Koalisi Warga Lapor Covid-19 yang menerima laporan sebanyak 675 warga meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri (isoman) per Juli ini.

"Yang isoman dan yang meninggal sudah 500 ribu lebih, artinya cukup banyak yang sakit saat isoman yang sebetulnya harus dirawat di RS, sehingga tidak cukup pengobatan di rumah. Maka, RS darurat harus segera dibuka, harus segera dibangun, tambah lagi," kata Zubairi dalam diskusi daring, Rabu (21/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zubairi mengapresiasi pemerintah yang telah berupaya menambah kapasitas rumah sakit darurat, seperti di Rusun Nagrak dengan kapasitas 2.273 tempat tidur dan Rusun Pasar Rumput dengan kapasitas 3.986 tempat tidur.

Kemudian Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur hingga rencana untuk memakai JiExpo Kemayoran sebagai tempat isolasi terpusat dengan kapasitas sekitar 20 ribu tempat tidur.

Namun, Zubairi mengingatkan rumah sakit darurat juga harus dibangun merata di sejumlah daerah. Berdasarkan laporan warga yang meninggal saat isoman, mereka tak hanya berasal dari wilayah Jabodetabek.

"Asrama haji, rumah susun, itu segera manfaatkan agar angka kematian yang isoman harus segera turun drastis. Karena itu secara psikologis dapat mempengaruhi kita semua," ujarnya.

Pemerintah sebelumnya mengeluarkan imbauan baru soal teknis pasien yang harus dirawat di rumah sakit, dan pasien yang memilih isoman. Upaya itu dilakukan agar tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) sejumlah rumah sakit rujukan pasien Covid-19 tak mudah overload.

Saat ini, masyarakat yang boleh melakukan isolasi mandiri adalah mereka yang tidak sesak napas, saturasi oksigen di atas 95 persen, dan tidak memiliki penyakit penyerta alias komorbid yang berbahaya.

Infografis Gonta-Ganti Istilah Pembatasan Masyarakat revFoto: CNNIndonesia/Basith Subastian
Infografis Gonta-Ganti Istilah Pembatasan Masyarakat rev

Pemerintah telah bekerja sama dengan 11 platform telemedicine atau layanan telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak jauh bagi pasien Covid-19 isoman. Layanan telemedicine ini memiliki fasilitas konsultasi dokter hingga pengiriman obat.

Apabila mengalami kondisi buruk, pemerintah mengimbau agar masyarakat pergi ke fasilitas kesehatan. Mayoritas warga yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi perburukan gejala covid-19, sehingga berpotensi tinggi meninggal dunia.

Hingga Selasa (20/7), Indonesia telah melaporkan sekitar 2,95 juta kasus Covid-19. Sebanyak 76.200 orang meninggal dunia. Lebih dari 500 ribu orang masih menjalani perawatan ataupun isolasi karena positif Covid-19.

(khr/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER